Find Us On Social Media :

Keunikan Pasar Papringan Temanggung, Transaksi Hanya Boleh Pakai Uang Bambu

By Adrie Saputra, Jumat, 25 Januari 2019 | 16:45 WIB

"Pring sendiri merupakan bambu dalam bahasa Jawa, karena bahan uang terbuat dari bambu, maka uang tersebut dinamakan Uang Pring," katanya.

Dia mengatakan bahwa 1 Pring senilai Rp2 ribu rupiah. Uang yang sudah ditukar di pasar ini tidak boleh dikembalikan lagi menjadi mata uang rupiah.

Baca Juga : Peringatan bagi Pendaki Gunung, Jangan Kunjungi 9 Gunung di Indonesia ini pada Januari 2019!

Jadi artinya bila mata uang rupiah telah ditukar menjadi Uang Pring maka uang itu hanya boleh digunakan untuk membeli makanan, barang atau untuk menikmati fasilitas yang disediakan di pasar tersebut.

Namun bila uang tidak habis hari itu, uang tetap bisa digunakan untuk bertransaksi di Pasar Papringan di hari-hari mendatang saat pasar dibuka kembali.

Nah, lalu apa saja makanan yang bisa dibeli di pasar ini?

Makanan tradisional yang bisa dijumpai kebanyakan adalah makanan khas Temanggung seperti gethuk gulung kacamata, ndas borok, kemplang ketan, bajingan, tape ketan, kupat tahu dan masih banyak lagi.

Untuk harga makanan tradisional di pasar ini juga sangat terjangkau. Sebagai contoh, satu porsi kupat tahu di tempat ini bisa dibeli dengan harga 4 Pring (Rp8 ribu) saja. Selain beberapa kuliner tradisional, ada juga pertunjukkan kesenian daerah di Pasar Papringan seperti gamelan.

Founder Pasar Papringan, Singgih Susilo Kartono mengungkapkan Pasar Papringan sengaja ditaruh di desa, agar orang mulai kembali ke desa.

Lokasi berjualan pun didesain berada di bawah pohon bambu yang membuat pasar tersebut sejuk."Tempat ini dulunya bekas tempat sampah. Kami sulap dijadikan lahan berkaya kami," kata Singgih, melansir dari Kompas.com.

Dalam menyulap tempat sampah itu, Singgih bersama pemuda desa, Komunitas Mata Air membangun dengan amat kreatif.

Tentunya penggunaan lokasi itu seizin pemerintah desa setempat.

"Kami juga lengkapi dengan aneka permainan anak, ada perpustakaan mata air, ada juga bilik menyusui," katanya.

Dalam menyulap tempat sampah itu, Singgih bersama pemuda desa, Komunitas Mata Air membangun dengan amat kreatif.

Wah sepertinya menarik ya, Apakah Anda berminat mengunjungi pasar tradisional ini?Untuk info terbaru terkait Pasar Papringan ini bisa langsung follow Instagram @pasarpapringan.

Baca Juga : Eksotisme Upacara Kubur di Tana Toraja