Find Us On Social Media :

Robby Tumewu Meninggal dan Pernah Kena Stroke: Benarkah Racun Komodo Bisa Obati Stroke?

By Mentari DP, Senin, 14 Januari 2019 | 16:00 WIB

Intisari-Online.com – Kabar duka datang dari dunia seni peran Indonesia.

Salah satu aktor senior Indonesia, Robby Tumewu, meninggal dunia dalam usia 65 tahun hari ini, Senin (14/1/2019).

Dilansir dari kompas.com pada Senin (14/1/2019), kabar duka itu disampaikan rekan mendiang Robby, presenter Becky Tumewu, melalui akun Instagram-nya, @becktum.

Becky memajang fotonya dengan Robby yang duduk di kursi roda. Foto tersebut diambil pada 2013 lalu.

Baca Juga : Bayi 4 Bulan Ini Tewas karena Popoknya Tak Diganti Selama 9 Hari Lebih, Bahkan Ada Belatung di Tubuhnya!

"Robby sakit sudah lama, sudah tidak usah diceritain lagi bagian sakitnya, dia telah pergi tadi dini hari, pukul 00.15, semua derita dan sakit penyakit sudah diangkat dari Robby,” tulis Becky.

Diketahui, sejak 2010 lalu, mendiang Robby terkena stroke dan pernah menjalani operasi otak.

Seperti yang kita tahu, stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Penyakit ini bisa datang kapan saja dan membuat kita tiba-tiba sakit.

Untuk pengobatannya, ada beberapa cara. Seperti terapi hingga obat-obatan.

Nah, beberapa tahun lalu, para peneliti menemukan obat yang untuk melawan stroke, apa itu?

Dilansir dari iflscience.com pada Agustus 2017,  selama ini kita tahu bahwa dalam mulut komodo atau spesies berbisa lainnya terdapat racun yang cukup ampuh membunuh mangsanya atau melemahkan hewan mangsa potensial.

Namun di sisi lain, racun kadal anguimorpha, sebutan untuk reptil raksasa, termasuk komodo, menyebabkan captopril, obat pengurang tekanan darah tinggi yang telah mencegah ratusan ribu orang terkena serangan jantung dan melawan stroke.

Baca Juga : Harga Tiket Pesawat Melambung Tinggi, Ini Negara dengan Harga Tiket Pesawat Termurah dan Termahal di Dunia

Tidak hanya racun, studi yang dilakukan oleh Dr. Bryan Fry dari University of Queensland juga menunjukkan bahwa gigi mereka bisa membuat obat-obat yang sangat bertarget.

Fry menjelaskan, racun terbentuk dari tiga kombinasi rantai yang berbeda pada protein dan fibrinogen.

Sementara pencegahan pembekuan darah adalah ciri umum racun dan obat yang memiliki aplikasi yang jelas.

Racun tersebut sangat kaya dengan molekul aktif secara biologis. Mereka bisa menjadi tempat yang baik untuk menemukan obat yang lebih tidak terduga.

Contohnya, hewan berbahaya itu adalah sumber exenatide, obat diabetes suntik yang membantu mengontrol kadar gula dalam darah.

Namun masalahnya membawa obat seperti itu ke pasar tidak mudah.

Sebab, hewan-hewan ini masuk golongan hewan yang hampir punah dan masuk dalam kategori hewan yang dilindungi di dunia.

"Jadi ada kemungkinan kita tidak akan pernah menghasilkan obat yang secara khusus dari molekul racun kadal," ungkap Fry.

Walau tidak bisa melakukan studi lanjutan, Fry berharap hasil studi ini bisa membantu menyempurnakan obat lainnya.

Lepas dari itu, hasil temuan studi ini tak berarti kita boleh seenaknya memburu binatang langka it ya! (Mentari DP/Intisari Online)

Baca Juga : Benarkan Anak Tetap Sehat Walau Tak Pernah Dapat Vaksin Sejak Bayi? Ini Jawaban Dokter