Find Us On Social Media :

Sebuah 'Pertaruhan': Mimpi Seorang Istri yang Ingin Punya Momongan Menjadi Kenyataan, Namun Ia Meninggal Setelah Melahirkan

By Adrie Saputra, Senin, 14 Januari 2019 | 11:30 WIB

Intisari-Online.com - Seperti jutaan wanita China lainnya, Wu Ying ingin punya bayi.

Dia akhirnya melakukan hal "nekat" yang tak tertahankan dalam hidupnya.

Sebelumnya, dokter telah memperingatkan wanita berusia 25 tahun itu bahwa bila ia melahirkan, itu dapat membahayakan hidupnya karena riwayat penyakit jantungnya.

Tetapi ketika dia melihat anak-anak temannya, Wu bertekad untuk menjadi seorang ibu.

Baca Juga : Kisah Ibu Paling Produktif Dalam Sejarah, Hamil 27 Kali dan Lahirkan 69 Anak

"Saya jelas sadar akan risikonya," katanya.

"Tapi saya ingin bertaruh."

Pada Mei 2017, mimpi itu menjadi kenyataan.

Wu melahirkan seorang anak laki-laki dengan berat 1kg melalui operasi caesar.

Baca Juga : 3 Kisah Orang-orang yang Pura-pura Diculik, Salah Satunya Rela 'Telanjang' Agar Terlihat Nyata

Tapi dia tidak pernah melihat bayinya yang baru lahir.

Segera setelah melahirkan, Wu dimasukkan ke unit perawatan intensif.

Empat belas hari kemudian, dia meninggal.

Kisah Wu diceritakan kembali dalam episode terbaru Life Matters - seri dokumenter medis yang diproduksi bersama oleh Komisi Kesehatan Kota Shanghai dan Stasiun Televisi Shanghai - Video dokumenter ini disiarkan secara online.

Perilisan film dokumenter pada hari Selasa memicu perdebatan di internet yang intens tentang kondisi wanita yang melahirkan ketika nyawa mereka "dipertaruhkan" akibat kondisi kesehatannya.

Seperti Wu, para ibu hamil yang digambarkan dalam program ini mengatakan bahwa mereka telah diperingatkan bahwa mereka mempertaruhkan hidup mereka dengan memiliki anak, tetapi masih memilih untuk melakukannya.

Itu karena seorang wanita merasa "tidak lengkap" jika dia gagal memiliki momongan.

Tetapi Wu, adalah satu-satunya anggota dari "kelompok" yang meninggal setelah melahirkan.

Baca Juga : Kisah Pilu Gadis 10 Tahun yang Jadikan Bunuh Diri Sebagai 'Hadiah Terbaik' untuk Ibunya, Begini Isi Surat yang Ia Tinggalkan

Lin Jianhua, direktur departemen kebidanan Rumah Sakit Shanghai Renji, mengatakan dalam program itu bahwa dia sering melihat wanita dengan kondisi medis yang mempertaruhkan hidup mereka dengan kehamilannya.

"Alasan mereka berbeda-beda, karena cinta untuk suami mereka, kelengkapan keluarga mereka, atau tekanan dari masyarakat," katanya.

"Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka tahu ada risiko tinggi, tetapi mereka memiliki hak untuk memutuskan apakah mereka harus memiliki bayi. Kami tidak bisa memaksa melakukan aborsi."

Dalam film itu, Wu, yang menderita penyakit jantung bawaan dan hipertensi paru, digambarkan oleh dokter sebagai "wanita yang sama sekali tidak cocok untuk hamil".

Dia mengalami keguguran dua kali, sebelum hamil lagi di tahun 2016.

Suaminya, Shen Jie, mengatakan bahwa dia telah mendesaknya untuk "merelakan" bayinya ketika dia hamil lagi karena bahaya yang dihadapinya, tetapi dia tidak mau mendengarkan.

"Dia berpegang teguh pada keputusannya," katanya.

"Dia menangis dan memprotes di depan kami. Akhirnya, saya setuju."

Baca Juga : Kisah Keluarga Miskin Asal Pamekasan: Memilih Tidur untuk Mengurangi Rasa Lapar

"Banyak orang bilang saya keras kepala. Tapi itu tidak terjadi pada Anda, jadi Anda tidak bisa merasakan hal itu (seperti saya)," kata Wu di film dokumenter itu.

"Teman-teman saya membujuk saya, tetapi mereka memiliki anak mereka sendiri."

"Ketika saya melihat anak-anak mereka, saya juga ingin punya anak."

"Saya jelas menyadari risikonya, tapi saya ingin bertaruh untuk itu."

Setelah memantapkan hati, Wu akhirnya berhasil melahirkan dan kemudian meninggal hanya dua minggu kemudian - sutradara film dokumenter Li Wen, mengatakan proses pembuatan film dokumenter ini membuat perasaannya campur aduk.

"Di satu sisi Wu Ying masih sangat muda," katanya kepada Qianjiang Evening News.

"Di sisi lain, kami berharap wanita lain dapat belajar dari kasusnya dan mengikuti saran dokter untuk tidak membahayakan nyawa mereka."

Baca Juga : Jasad Wanita 18 Tahun Ini Hilang dari Makamnya, Diduga Karena 'Pernikahan Hantu', Begini Kisahnya

Beberapa pengguna internet memihak Wu, mengatakan dia tidak punya banyak pilihan selain mengikuti naluri keibuannya:

"(Hidup untuk) seorang wanita akan sangat-sangat menyakitkan jika dia tidak bisa melahirkan," tulis seorang pengguna Weibo.

"Saya memiliki rasa sakit di masa lalu, jadi saya mengerti keinginan Wu untuk memiliki bayi. Saya merasa kasihan padanya bahwa dia meninggal begitu cepat."

Yang lain kurang simpatik:

"Saya pikir 'kelengkapan' seorang wanita bisa dicapai dengan memiliki bayi sudah ketinggalan zaman," tulis satu orang.

"Wanita harus bergantung pada diri mereka sendiri dan harus baik pada diri mereka sendiri."

"Suamimu dan orangtuamu juga membutuhkan teman dan cintamu," tulis yang lain.

Baca Juga : Kisah Tragis Seorang Pria yang Meregang Nyawa Usai Melemparkan Batu pada Anjing Tetangganya

Xia Xian, kepala departemen kebidanan di Rumah Sakit Obstetri dan Ginekologi Universitas Fudan di Shanghai, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dokter biasanya dapat membujuk perempuan untuk menghentikan kehamilan mereka jika mereka memiliki kondisi medis yang mempersulit proses atau membahayakan nyawa mereka.

Meskipun sebagian besar wanita mengambil saran dokter mereka, sejumlah kecil - biasanya dari daerah pedesaan - memilih untuk mengabaikannya dan melanjutkan kehamilan mereka, katanya.

Ketika itu terjadi, "kami akan meminta wanita hamil untuk menandatangani surat pernyataan, dan kami melaporkan kasus tersebut ke otoritas rumah sakit", katanya.

"Jika dia bersikeras untuk melanjutkan kehamilannya, kami akan mencoba yang terbaik untuk memastikan keselamatannya."

"Tetapi dalam banyak kasus, itu di luar kendali kami, terutama ketika kehamilan berada pada tahap pertengahan atau akhir." (Adrie P. Saputra/Intisari Online)