Find Us On Social Media :

Idap Mastitis, Ibu Ini Nekat Terus Beri ASI Meski Harus Rasakan Sakit yang Tak Terkira, Ini yang Terjadi Setelah 18 Bulan

By Mentari DP, Kamis, 29 November 2018 | 13:00 WIB

 

Intisari-Online.comMenyusui anak adalah impian seorang ibu.

Apalagi pada dasarnya, seorang anak, khususnya bayi yang baru lahir sangat membutuhkannya.

Menurut World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ASI hanya dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama dalam kehidupannya.

Setelah usia bayi lebih dari 6 bulan, bayi bisa diberi makanan lain.

Baca Juga : Stan Lee Resmi Dinyatakan Meninggal karena Serangan Jantung: Ini Golongan Darah Paling Rawan Alami Serangan Jantung

Ibu pun dapat menentukan pilihan untuk melanjutkan pemberian ASI atau menghentikannya.

Namun kadang kala, ada beberapa kondisi yang membuat seorang ibu harus berhenti menyusui bayinya. Kasus di bawah ini contohnya.

Dilansir dari dailymail.co.uk pada Rabu (28/11/2018), ada seorang ibu bernama Summer Dawn Pointer (22) yang berasal dari Georgia, sebuah negara di Eropa Timur.

Pada Mei 2017, Summer melahirnya bayi laki-laki yang diberi nama Knox.

Namun ketika berusia lima minggu, Summer melihat ada tanda merah di payudara kanannya. Kemudian dia didiagnosis dengan mastitis.

Diketahui mastitis adalah suatu kondisi yang menyebabkan jaringan pada payudara menjadi nyeri dan meradang.

Ketika sang ibu dengan kondisi mastitis menyusui anaknya, maka hal tersebut bisa mengganggu proses pemberian nutrisi kepada bayinya.

Apalagi mastitis memang biasanya menyerang ibu menyusui pada trimester awal atau bisa juga ketika ibu menyusui anaknya dalam jangka waktu lama.

Baca Juga : Petani Kapas Ini Didiagnosis Menderita Kanker, Puluhan Tetangganya Lakukan Tindakan Tak Terduga untuk Membantunya

Dengan kondisi tersebut, dokter meminta Summer untuk berhenti menyusui bayinya.

Sayangnya, Summer menolak itu semua.

“Saya berencana untuk menyusui Knox sampai dia setidaknya berusia dua tahun atau lebih,” jelas Summer.

Dulu, ketika pertama kali didiagnosis dengan mastitis, Summer diresepkan antibiotik.

Setelah mereka gagal mengobati kondisi tersebut, Summer dirujuk ke ahli bedah payudara untuk mengangkat abses menyakitkan yang terbentuk di payudaranya.

"Ahli bedah ingin saya berhenti menyusui, tetapi saya menolaknya sambil menangis.”

“Lalu saya dirujuk untuk melakukan pembedahan abses. Tapi saya juga menolaknya.”

Penolakan tersebut dikarenakan pembedahan abses memiliki efek samping, yaitu jumlah susu yang dihasilkan tidak banyak dan tidak boleh sering-sering.

Sebab, menyusui anak lebih lama dapat menyebabkan infeksi lebih buruk.

Oleh karenanya, Summer mengambil jalan yang menurutnya benar.

Dia tidak melakukan perawatan apa-apa dan terus menyusui Knox bahkan hingga delapan sampai 10 kali sehari.

Baca Juga : Terungkap, Ini Penyebab Kematian Komikus Marvel Stan Lee, Ada Dua!

“Saya menyusui di mana saja, kapan saja.”

“Pada awalnya, saya sedikit gugup, tetapi semakin lama itu menjadi lebih mudah.”

Sekarang usia Knox sudah 18 bulan dan keluarganya meminta Summer untuk berhenti. Namun lagi dan lagi, Summer menolaknya.

“Saya tidak akan berhenti sampai anak saya siap.”

Ada yang memuji sikap Summer, ada juga yang mengkritiknya. Beberapa mengkritik karena takutnya ini akan menyebabkan masalah pada bayinya nanti.

"ASI lebih baik daripada susu sapi. Saya harap semua ibu menghormati keputusan saya,” tutup Summer.

Info saja, mastitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri yang masuk ke saluran susu melalui luka di kulit.

Hasilnya adalah peradangan, pembengkakan, dan nyeri. Penderita juga mungkin mengalami demam, sakit kepala, dan gejala seperti flu lainnya.

Jill Dietz, MD, seorang ahli bedah payudara di Klinik Cleveland, mengatakan ada baiknya ibu melakukan pengobatan agar kondisinya tidak semakin memburuk.

Baca Juga : Terungkap, Ini Penyebab Kematian Komikus Marvel Stan Lee, Ada Dua!