Find Us On Social Media :

Hari Anak-anak Sedunia: 2 Cara Asuh Anak, Dengan Cinta dan Aturan

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 20 November 2018 | 14:00 WIB

Kuncinya pada konsistensi.

Terkadang orangtua merasa kasihan pada si kecil sehingga sesekali ikut turun tangan mengerjakan.

“Kalau bolak-balik diingatkan, lama-lama anak akan terbiasa,” ujarnya lagi.

Menegakkan aturan tak akan lepas dari hukuman. Jika teguran berkali-kali tak juga mempan, orangtua bisa menghukum.

Untuk itu, menurut Handayani, orangtua tak perlu capek-capek tarik urat leher memarahi anak, mending kalau didengar.

“Anak kecil lebih mudah menangkap segala sesuatu yang sifatnya konkret, kalau dimarahi ia malah membentuk benteng sebagai pertahanan diri,” ujar Handayani.

Karena itu layaknya aturan, hukuman pun sebaiknya dibuat konkrit.

Misalnya dengan cara menarik atau membatasi kesukaan anak seperti mengurangi jatah waktunya nonton televisi atau bermain, tidak boleh ikut jalan-jalan ke mal atau menyuruhnya berdiam di pojok ruangan selama beberapa waktu.

Handayani tidak mengharamkan hukuman fisik, jika dirasa perlu, namun jangan sampai melukai atau meninggalkan bekas.

Misalnya pada anak yang suka memukul, lalu ibunya mengingatkannya dengan memberinya pukulan.

“Anak kecil itu gampang memukul kalau marah, seperti refleks saja. Jadi kita pukul dia untuk memberi tahu bahwa dipukul itu sakit loh, jadi jangan memukul,” kata Handayani.

Sesudah memberi hukuman, ajak anak bicara. Jelaskan apa perilakunya yang menyebabkan ia dihukum, misalnya lantaran ia mengamuk ketika tidak diperbolehkan membeli mainan.

Baca Juga : Haruskah Membayar Kerabat yang Mengasuh Anak Kita?

Jangan sampai anak salah persepsi sehingga ia mengira dihukum karena minta dibelikan mainan.

Jika anak salah tangkap, lain waktu ia jadi takut bicara.

Walhasil, anak menjadi tidak asertif untuk berani bicara dan mengungkapkan keinginannya.

Pada anak praremaja, hukuman sudah bisa diberikan dalam bentuk verbal. Namun jangan memarahi anak di depan orang, terlebih adik-adiknya, sebaiknya ajak anak bicara berdua saja.

Ketika orangtua mengungkapkan kemarahan, gunakan kalimat “I message” yang menunjukkan perasaan orangtua yang tidak nyaman akibat perilaku anaknya.

“Ibu merasa kecewa karena kamu tidak menepati janji untuk pulang tepat waktu,” ujar Handayani mencontohkan.

Sehingga pesan yang ditangkap anak adalah orangtua tidak menyukai perilakunya dan bukan membenci dirinya.

 

Baca Juga : Anak 10 Tahun Injak Kepala Bayi Hingga Tewas, Ayah si Bayi: Anak Itu Seorang Kriminal!