Find Us On Social Media :

Ignatius Dewanto: Satu-satunya Penerbang Indonesia yang Pernah Menembak Jatuh Pesawat Musuh

By Ade Sulaeman, Jumat, 9 Maret 2018 | 19:00 WIB

Dari crash site pesawat B-26, sejumlah barang bukti diambil dan di antaranya parasut, dihadirkan selama persidangan. Setelah persidangan selesai dan Pope dipulangkan ke Amerika, barang bukti ini dibagi di antara ALRI dan AURI.

Menurut Meitie yang sudah solo terbang layang, ban pesawat diambil ALRI sedangkan AURI kebagian parasut yang disimpan di museum TNI AU di Yogyakarta.

Sejak lama, ibu dan kelima anak-anaknya ini sudah melihat sebuah kursi besi asing di rumah mereka baik di Yogya maupun Jakarta. Ke mana sang bapak pindah, kursi itu selalu dibawa.

Sampai ketika Dewanto ditugaskan sebagai Atase Udara di Moskwa (1966) menggantikan Rusmin Nurjadin, kursi itupun akhirnya dititipkan di rumah   orang tua Meitie di Yogya termasuk foto-foto Dewanto yang kemudian hilang dicuri orang.

Bagaimana ceritanya kursi yang ternyata berasal dari pembom B-26 Allan Pope ini sampai jatuh ke tangan Dewanto, Meitie tidak tahu pasti. Bagaimana caranya Dewanto bisa memperoleh kursi itu, atau kenapa kursi itu tidak dihadirkan dalam persidangan, hanya Dewanto yang bisa menjawabnya.

“Setiap kali ke Yogya, kami selalu lihat kursi itu namun tidak terpikir bahwa itu it’s government own. Sejak anak-anak mulai besar, saudara saya yang pensiunan kolonel AL mengusulkan supaya kursi itu diserahkan saja ke TNI AU dan ditaruh di museum supaya memberikan semangat kepada penerbang muda dan generasi muda yang tertarik kepada sejarah TNI AU.”

Atas dasar itulah, Meitie menyerahkan kursi yang menyimpan sejarah penuh kebanggaan dari TNI AU dan Dewanto khususnya sebagai penerbang tempur, kepada Kepala Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogayakarta, Kolonel Sus Drs. Sudarno pada 16 September 2015.

Dalam acara sederhana itu, Meitie menyampaikan harapannya semoga kursi yang terkesan tidak berharga ini bisa menjadi bukti sejarah untuk disimak dan dipelajari generasi muda Indonesia.

Tersandung PKI

Hanya setahun Dewanto menjadi Atase Udara di Moskwa, sebelum dipulangkan ke Indonesia dan diberhentikan dengan hormat dari dinas tentara terhitung 31 Maret 1967. Bersama dia turut diberhentikan sejumlah perwira tinggi AURI yang lain.

Dalam persidangan yang dijalaninya, Dewanto hanya bilang bahwa dia hanya menjalankan perintah Panglima Tertinggi.

Peristiwa G30S/PKI memang menyisakan pertanyaan tak berujung hingga hari ini. Hari itu, 1 Oktober 1965, Dewanto membatalkan rencana meresmikan sekolah intelijen udara di Semplak, Bogor.

Kondisi di Ibukota tidak menentu setelah semalam, kelompok bersenjata menculik dan membunuh sejumlah jenderal AD. Esok siangnya, di tengah isu AURI akan menyerang Kostrad, Dewanto memanggil perwira intelijen Kapten (Pnb) Kundimang untuk membawanya terbang dengan Cessna 180 guna memantau Jakarta dari udara.

Di hari yang sama, Dewanto juga berhasil menghentikan kontak tembak di kawasan Pondok Gede antara Yonif 454 Banteng/Raiders dipimpin Kapten Koentjoro dari Jawa Tengah dengan RPKAD dipimpin Mayor Inf CI Santosa.

Hampir saja sebuah oplet berpenumpang penuh yang kebetulan melintas, jadi sasaran tembak kedua pasukan.

Dengan sikapnya yang sabar dibantu Kundimang, akhirnya Dewanto berhasil meredakan ketegangan di antara kedua pasukan berkualifikasi khusus itu. Sarwo Edhie yang meminta Dewanto  menemuinya, dengan lapang dada disanggupinya.

Dalam pertemuan itu disampaikan Dewanto bahwa Raiders bersedia move jika ada jaminan dari “rambutan”,  sandi RPKAD di lingkungan AURI. Sarwo Edhie menyanggupi dengan mengutus Mayor Gunawan sebagai jaminan.

Koentjoro pun membawa pasukannya bergerak ke arah timur. “Mungkin sejarah akan berbeda jika Dewanto tidak mendamaikan RPKAD dan Banteng Raiders,” ucap Meitie.

Menurut Meitie, Dewanto baru mengizinkan rumahnya dijaga setelah dilakukan pemakaman terhadap Pahlawan Revolusi di Kalibata.

(Ditulis oleh Beny Adrian. Seperti pernah dimuat di Majalah Angkasa edisi Desember 2015)

(Baca juga: Terkenal Sebagai Pasukan Khusus Kelas Dunia, Navy SEAL Ternyata Babak Belur Oleh Viet Cong)