Find Us On Social Media :

Ignatius Dewanto: Satu-satunya Penerbang Indonesia yang Pernah Menembak Jatuh Pesawat Musuh

By Ade Sulaeman, Jumat, 9 Maret 2018 | 19:00 WIB

Perkenalan malam itu berlanjut dengan hubungan asmara selama dua tahun, sebelum akhirnya mereka menikah. Karena pernikahan ini, Meitie memilih berhenti dari kuliahnya di ITB yang sudah semester dua.

(Baca juga: Kisah Paranormal ‘Pengambil’ Harta Karun: Perang Batin Jika Harta Itu Tidak Boleh Diambil oleh Si Penunggu)

Setahun kemudian lahir anak pertama pasangan ini yang diberi nama Gina Dewanto, yang kemudian disusul I. Totok Dewanta, A. Nita de Britto, I. Karbol Dewanta, dan I. Oscar Dewanta. Dua anak terakhir merupakan kembar.

Mata Meitie menerawang, seperti berusaha mengumpulkan remah-remah kenangannya bersama laki-laki kelahiran Kalasan, Yogyakarta, 9 Agustus 1929 dari pasangan penganut Katolik yang taat, M. Marjahardjana dan Theresia Sutijem.

“Setiap kali datang ke Bandung, dia selalu terbang rendah di atas rumah kami dan membuat loop, orang-orang sudah tahu itu pasti boy friend Meitie,” ujarnya.

Menurut Meitie, kalau tidak pakai Mustang ya pakai Harvard. Bahkan pernah Dewanto terbang di antara kawat listrik di daerah Lembang, yang kemudian ditegur Meitie yang khawatir karena dinilainya terlalu berbahaya.

Meitie yang pemberani dan suka tantangan ini, malah pernah joy  flight bersama pesawat jet pertama TNI AU, DH-115 Vampire yang diterbangkan sendiri oleh Dewanto di langit Jakarta.

Dewanto yang tahu Meitie pemberani, membuat manuver inverted (pesawat terbalik dengan Bumi di bawah kokpit) dengan halus. Lalu dia bertanya kepada sang istri. “Coba tebak, Jakarta ada di mana?”

Meitie dengan enteng menjawab, ya di bawah, sambil menunjukkan jarinya ke “bawah”, tanpa sadar bahwa arah telunjuknya adalah ke langit. Setelah dijelaskan  Dewanto baru dia sadar bahwa pesawat dalam posisi inverted.

I got you

Persis sebulan sebelum menikah, 18 Mei 1958, Kapten Ign Dewanto menerbangkan pemburu P-51 Mustang untuk menyerang pangkalan udara Aurev (Angkatan Udara Revolusioner) milik Permesta di Sulawesi Utara.