Find Us On Social Media :

Memperingati Hari Perempuan Internasional: 'I’m Single and I’m Happy', karena Tak Menikah Bukan Lagi Hal yang Tabu

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 9 Maret 2018 | 11:30 WIB

(Baca juga: Namanya Dicoret dari Daftar Penerima Warisan, Anak Ini Gugat Surat Wasiat Mendiang Ayahnya)

Di sini Ati mendapat banyak kesempatan untuk mendapatkan pelatihan di luar negeri seperti Jepang dan Jerman. Ia merasa ia harus mengejar ketinggalan selama delapan tahun terkungkung dan terbatasi pernikahan.

“Semua teman-temanku berkarier selepas lulus kuliah. Aku merasa harus mengejar ketertinggalanku,” katanya.

Karier Ati terus menanjak. Ia berpindah-pindah tempat kerja, menjadi konsultan untuk berbagai proyek ekonomi kecil dan menengah, ia juga bekerja sebagai Program Manager pada salah satu lembaga donor asing yang bergerak di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Agar pekerjaannya semakin berkualitas, Ati pun mengambil kuliah Magister Manajemen di salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka.

Selama lima belas tahun hidup sendiri, Ati telah merancang kehidupan hari tua yang sempurna.

Berbekal warisan orangtua dan sedikit tabungan ia telah mendirikan Sekolah Tinggi Ekonomi di Sukabumi, Jawa Barat, bersama kawan-kawan masa kecilnya.

Setelah memasuki masa pensiun ia berencana mengajar di sekolah itu.

Dalam rentang waktu ini pun, Ati sudah menjalani umroh dan naik haji. Ia merasa hidupnya right on track.

“Orang sering menyangka aku ini jauh lebih muda dari umurku yang sebenarnya. Bagaimanapun itu suatu pencapaian, ‘kan? “ kata perempuan berkulit kuning langsat ini sambil tersenyum.

(Baca juga: (Video) Bukan di Negara Barat, Kesetaraan Gender Tergambar Jelas di Pelosok Desa Ini)