Find Us On Social Media :

Memperingati Hari Perempuan Internasional: 'I’m Single and I’m Happy', karena Tak Menikah Bukan Lagi Hal yang Tabu

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 9 Maret 2018 | 11:30 WIB

Berbeda dengan Veronica, Yoshiko Hikariati (46) melihat kehidupan menyendiri melahirkan satu bentuk keikhlasan yang tak pernah ia dapatkan saat menikah 23 tahun lalu.

Bercerai setelah delapan tahun menjalani pernikahan, perempuan yang akrab dipanggil Ati ini menjalani 15 tahun kehidupan single-nya dengan rasa syukur.

Ati besar dalam keluarga Jawa aristokrat yang jarang memberinya kesempatan untuk mengambil keputusan. Apalagi ia anak tunggal. Orangtua mengatur setiap langkahnya.

Ketika menikah, ia mendapat suami yang juga dominan. Hampir semua aspek kehidupan Ati diatur.

“Bahkan model rambutku, baju apa yang aku pakai, itu suami yang menentukan,” kenangnya.

(Baca juga: Kepulauan Faroe, Surga Bagi Wanita Single yang Ingin Cepat Menikah)

Suami melarang Ati bekerja. Lulusan Institut Pertanian Bogor ini pun memendam segala potensi dirinya di balik dinding rumah, menjadi ibu rumah tangga biasa kendati tak segera dikaruniai keturunan.

Setelah ibunya meninggal, perbedaan semakin terasa pada pasangan yang tak juga memiliki anak itu. Belakangan sang suami mengajukan cerai. Ati pun menerima dengan rela.

"Pernikahan itu seperti meja dengan dua kaki. Kalau satu sudah patah tidak bisa dipaksakan untuk berdiri,” kata Yoshiko Hikariati.

Ati yang selama hidupnya ditimang dalam pengasuhan orangtua dan perlindungan suami, tiba-tiba harus menjalani segala sesuatunya sendiri.

Ayahnya meninggal hanya berselang empat tahun setelah ibunya wafat.

Tak mau bergantung pada warisan, Ati pun mulai bekerja. Kariernya dimulai dari koperasi wanita di Jakarta.

Tapaknya kemudian berlanjut pada sebuah badan nasional yang juga berkaitan dengan koperasi.