Find Us On Social Media :

Operation Urgen Fury, Ketika Navy SEAL yang Terkenal Jago Perang di Laut Justru Mati Konyol di Lautan

By Ade Sulaeman, Kamis, 8 Maret 2018 | 17:00 WIB

Suatu ledakan bom yang menghancurkan transmisi membuat PRA tahu sedang diserang.

Tembakan gencar dari PRA pun menyalak termasuk tembakan senapan mesin dari ranpur BTR-60.

Team SEAL yang tugasnya memang bukan bertempur secara frontal, segera bergegas ke pantai dan kemudian berenang menuju kapal penjemput.

Sementara itu SEAL Team 4 yang ditugasi menyusup ke pantai Grenada dan mendeteksi kondisi pantai apakah cocok untuk pendaratan amfibi atau tidak, berhasil mendarat tanpa kesulitan.

Di sepanjang garis pantai, Team 4 berhasil mengetahui bahwa pertahanan pantai PRA justru sudah ditarik mundur secara tergesa dan dipindahkan ke pusat kota.

Namun, SEAL menilai pantai Grenada tidak cocok untuk pendaratan amfibi. Mereka pun mengirimkan sinyal, sebaiknya marinir dan Ranger diterjunkan lewat udara.

Padahal jika pasukan Ranger mendarat lewat pantai itu sesungguhnya lebih aman karena minim pertahanan musuh.

Operasi lintas udara Ranger dan US Marine kemudian menjadi penerjunan yang spektakuler sekaligus sangat beresiko mengingat pasukan PRA telah menyiapkan meriam penangkis serangan udara (PSU).

Sistem pertahanan udara pasukan PRA akhirnya berhasil dihancurkan oleh pesawat Hercules bersenjata sejumlah meriam dan roket yang dikenal sebagai AC-130 Gunship

Tapi akibat perlawanan sengit pasukan PRA yang didukung pasukan Kuba, sebanyak lima perseonel Ranger tewas.

Gugurnya sejumlah personel Navy SEAL dan Ranger jelas menunjukkan bahwa dalam pertempuran melawan negera kecil seperti Grenada, resiko kematian personel pasukan khusus AS yang sangat terlatih tetap tinggi.

Apalagi jika sampai mengalami keteledoran seperti SEAL di lautan.

Pasukan Ranger yang mendarat di drop zone yang justru dipertahankan pasukan musuh secara mati-matian sebenarnya juga merupakan keteledoran SEAL.

Pasalnya, Ranger harusnya mendarat lewat laut, bukan lewat udara yang resikonya justru lebih tinggi.

(Baca juga: Setelah Berjam-jam Bedah Tengkorak, Dokter Ini Baru Sadar Telah Operasi Pasien yang Salah)