Find Us On Social Media :

Tidak Hanya Menghibur, Radio Juga Dapat Menyelamatkan Korban dalam Kecelakaan di Laut

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 6 Maret 2018 | 21:00 WIB

Intisari-Online.com – Tiga bulan berselang, melalui radio masing-masing banyak warga Jakarta memantau perkembangan situasi kota yang sedang dilanda kerusuhan.

Pentingnya peran radio saat itu mengingatkan kita pada kondisi di tahun 1920-an, ketika tiap malam jutaan keluarga di seluruh bagian dunia yang punya radio, berkutat di sekitar pesawat itu untuk mendengarkan berbagai hiburan dan program.

Tak melulu sebagai penyedia hiburan, sesungguhnya radio punya peran penting dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, menyelamatkan korban dalam kecelakaan di laut, seperti tindakan operasi penyelamatan penumpang Titanic yang tenggelam pada 1912.

(Baca juga: Anjing Frida Menjadi Pahlawan dan Bintang di Media Sosial Berkat Upayanya Menyelamatkan Korban Gempa Meksiko)

Selama ini Guglielmo Marconi dianggap sebagai penemu radio. Padahal sebenarnya banyak orang berperan dalam pengembangannya.

Awal 1800-an secara terpisah Joseph Henry, profesor dari Princeton University, dan fisikawan Inggris Michael Faraday  mengembangkan teori induksi.

Percobaan mereka terhadap elektromagnet membuktikan, arus listrik di sebatang kawat dapat menimbulkan arus di batang kawat lain, meski keduanya tidak berhubungan.

Tahun 1864 fisikawan Inggris lain James Clerk Maxwell, berteori bahwa arus listrik dapat menciptakan medan magnet dan bahwa gelombang elektromagnet bergerak dengan kecepatan cahaya.

Teori Maxwell itu belakangan dibuktikan kebenarannya oleh percobaan yang dilakukan fisikawan Jerman Heinrich Hertz, tahun 1880.

Baru kemudian Guglielmo Marconi pada 1895, berhasil mengirim sinyal komunikasi radio dengan gelombang elektromagnet sejauh ± 1,5 km.

(Baca juga: Misteri Lubang pada Danau Berryessa, Tahun 1997 Lubang Tersebut Telah Menelan Korban)

Tahun 1901, sinyal dari perangkat radio Marconi mampu melintasi Samudera Atlantik dari Inggris ke Newfoundland, Kanada.