Find Us On Social Media :

Pantas Saja Black Panther Pakai 'Baju Koko', Ternyata Begini Pakaian Asli Raja-raja di Afrika!

By Aulia Dian Permata, Minggu, 4 Maret 2018 | 17:30 WIB

Intisari-Online.com - Demam "Black Panther" nampaknya belum padam. 

Laman The Hollywood Reporter menyebut, film mengambil setting di Afrika ini  memiliki plot dan rangkaian aksi yang dramatis, lengkap dengan karakter yang menonjolkan sisi sosial budaya global. 

Film ini juga menjadi tonggak sejarah dalam eksistensi budaya kulit hitam di Hollywood. 

Hal yang menarik lagi, kostum dan asesoris yang digunakan para pemain menjadi tak luput dari perhatian penonton. 

(Baca Juga: Hidup Borju dari Hasil Menipu: Menengok Kisah Hidup Angela Lee, Cak Budi, hingga Anniesa Hasibuan)

Nah, dari sederet kostum "Black Panther", ada satu yang terbilang menarik dan kini menjadi perhatian para warganet di media sosial, termasuk Indonesia.

Apalagi kalau bukan kostum yang dikenakan oleh karakter T'challa, Sang Raja Wakanda. 

Kostum tersebut diklaim mirip seperti baju koko dan diprediksi akan menjadi tren untuk fashion lebaran di tahun 2018 ini. 

Bahkan, sejumlah lapak di toko online pun turut menawarkan baju koko yang disebut ala Black Panther. 

(Baca Juga: Jangan Abaikan 7 'Kode Selingkuh' dari Ponsel Pasangan Anda Kalau Tidak Mau Menyesal Kemudian!)

Namun, meski mirip dengan baju koko, kostum tersebut sebenarnya terinspirasi dari baju tardisional Afrika yang bernama agbada. 

Ruth Carter, desainer dalam film Black Panther ini menciptakan mantel cutaway berdasarkan desain pada abad 18 dengan hiasan di bagian depan dan potongan lengan bergaya Nigeria. 

Agbada merupakan pakaian pria yang biasa dikenakan oleh masyarakat Nigeria di Afrika Barat. 

Ini merupakaan jenis pakaian berbentuk jubah dengan potongan lebar yang dilengkapi hiasan bordir.

(Baca Juga: (Foto) Bak Gudang Fashion, Inilah Lemari Seluas 65 Meter Persegi Milik Sosialita Asal Singapura)

Pakaian ini biasanya dikenakan oleh orang-orang penting, seperti raja dan kepala suku. 

Baju tradisional ini pun sebenarnya hanya dikenakan saat acara seremonial, seperti pernikahan atau pemakaman. 

Pakaian ini memang mengandung unsur Islami karena pada akhir abad ke 18, tatanan kekuasaan wialayah yang saat ini sebagian besar ada Nigeria terkena dampak dari penyebaran agama Islam. 

Penyebaran agama Islam tersebut dilakukan oleh Suku Fulani di bawah pimpinan Uthman dan Fodio. 

Saat penguasa Fulani berhasil mengalahkan kekuatan utama Yoruba, Ibu Kota Yoruba ditinggalkan pada tahun 1830an, penguasa Fulani yang baru membawa pakaian pria tersebut. 

Modelnya terdiri dari jubah dan celana panjang longgar, yang sebenarnya disesuaikan untuk pakaian saat menungggang kuda. 

Mereka juga membawa sebuah tradisi Islam berupa "jubah kehormatan" berbentuk gaun bersulam, dan dilengkapi dengan turban yang biasa dipakai penguasa serta pejabat pengadilan. 

Dulu, para pangeran Arab dan penguasa lainnya membeli jubah terbaik untuk mereka sendiri, dan membagikannya kepada orang-orang di istana mereka. 

Seiring berkembangnya jaringan perdagangan dan pakar tekstil yang melayani Raja Arab, banyak penguasa di luar Yoruba yang berada di luar kekuatan Fulani mengadopsi gaya berpakaian ini. 

Hingga pada abad ke 20, pakaian ini pun di terima di wilayah Nigeria yang luas dan masuk ke negara-negara tetangga. (Ariska Puspita Anggraini)

(Baca Juga: Cantik tapi Berbahaya! Selain Ramah dan Rupawan, Pramugari Pesawat Kepresiden TNI AU Jago Bertarung dan Bertempur)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""