Find Us On Social Media :

Ho Chi Minh, Pahlawan yang Berhasil Menyatukan Vietnam Meski Sudah Dijatuhi Hukuman Mati

By Ade Sulaeman, Rabu, 28 Februari 2018 | 11:15 WIB

Intisari-Online.com - Ho Chi Minh merupakan tokoh paling besar dalam sejarah modern Vietnam.

Dia adalah pendiri Republik Demokratik Vietnam pada tahun 1945, yang kemudian berhasil menyatukan negeri Vietnam pada tahun 1975 dengan berakhirnya Perang Vietnam.

Ho yang dilahirkan di Kim-Lien, sebuah desa di provinsi Nghe An pada 19 Mei 1890, semula bernama Nguyen Sinh Cung.

Ayahnya, Nguyen Sinh Huy adalah seorang pegawai kecil pemerintahan yang dipecat karena kegiatannya melawan pemerintahan kolonial Perancis.

(Baca juga: Tiru Taktik Bertempur Gerilya Pejuang Indonesia di Perang Kemerdekaan, Viet Cong Sukses Bikin Babak Belur Pasukan AS)

Sikap nasionalistis inilah yang diwarisi oleh putranya.

Sesudah menjadi guru, anak muda ini bekerja di dapur sebuah kapal penumpang Perancis.

Tatkala Perang Dunia I meletus, dia bekerja di Hotel Carlton, London. Tahun 1917 dia pindah ke Paris dan mulai mengenal ajaran komunisme.

Di situ Ho memulai perjuangan bagi kemerdekaan tanah airnya dengan mengadopsi nama baru, menjadi Nguyen Ai Quoc yang artinya Nguyen Sang Patriot.

Tahun 1919 pejuang muda ini gagal memasukan petisi kebebasan hak-hak dasar di Vietnam dalam konferensi perdamaian di Versailles.

Sesudah kegagalan ini, dia pun ikut mendirikan Partai Komunis Perancis dan memimpin bulanan Le Paria yang sifatnya militan anti-kolonialisme.

Tahun 1923 dia pindah ke Moskow, belajar di universitas serta dikirim ke China sebagai agen komunis internasional (Comintern).

Di Kanton dia mendirikan organisasi pemuda revolusioner Vietnam, dan menyelundupkan para aktivis kembali ke Indochina.

(Baca juga: Ternyata Inilah Asal Mula Kata ‘Che’ yang Melekat pada Sosok Guevara Sang Gerilyawan Kuba)

Kemudian ia juga aktif di Thailand dan Hong Kong, sehingga ditangkap Inggris tahun 1931.

Tetapi Inggris menolak menyerahkannya kepada Perancis, yang telah menghukum mati in absentia pejuang ini.

Dia balik ke Moskow tahun 1934,sebelum kembali ke perbatasan China-Vietnam tahun 1941 untuk mengatur cara mengambil alih Vietnam dari tangan kolonial Perancis.

Di sinilah dia berganti nama lagi menjadi Ho Chi Minh yang maknanya adalah ‘dia yang mencerahkan’.

Ho sempat ditangkap pemerintah China, namun dilepas sesudah meyakinkan mereka bahwa dia akan mempersatukan berbagai organisasi pejuang Vietnam untuk melawan Jepang.

Tahun 1945 kaum pejuang Vietnam yang didominasi komunis dan disebut Viet Minh, telah menguasai sebagian wilayah Indochina bagian utara.

Begitu Jepang kalah, mereka cepat mengambil alih ibukota Hanoi dan memproklamirkan Presiden Demokratik Vietnam pada 2 September 1945 dengan Ho Chi Minh sebagai presiden pertamanya.

Mirip dengan perjuangan kemerdekaan RI, maka Perancis seperti halnya Belanda, ingin menguasai kembali wilayah jajahannya.

Untuk sementara pada Maret 1946 tercapai kesepakatan dengan Perancis yang mengakui republik tersebut sebagai negara merdeka.

Namun, tetap berada dalam Federasi Indochina dalam kesatuan dengan Perancis.

Tetapi jurang beda pendapat antara kedua pihak tetap besar dan hubungan kian memburuk.

Pada 19 Desember 1946 pecah gerakan perlawanan di Hanoi, yang menandai dimulainya Perang Indochina.

Perang ini berakhir dengan kekalahan Perancis tahun 1954 di Dien Bien Phu dan tercapainya perjanjian damai di Geneva.

Sekalipun demikian negeri Vietnam tetap terbelah dua. Utara dikuasai komunis dan selatan non-komunis (persis dengan kondisi di Korea).

Ho Chi Minh tetap mencita-citakan Vietnam yang satu. Ho punya pengaruh kuat.

Pasalnya, selain sebagai presiden dia juga pemimpin Partai Lao Dong (Buruh) yang berkuasa, serta mempunyai banyak pengikut yang amat loyal.

Karena itu tatkala ia mendukung gerakan bersenjata Viet Cong di Vietnam Selatan tahun 1960-an, maka dia memperoleh dukungan luas.

Sehingga cita-citanya untuk mempersatukan negeri pun kian terbuka.

Akibatnya, Vietnam Utara pun terlibat dalam perang yang tidak pernah diumumkan resmi (undeclared war) dengan Vietnam Selatan dan AS yang mendukung rezim Vietnam Selatan.

Tatkala perang masih berlangsung, Ho Chi Minh meninggal pada 3 September 1969 karena serangan jantung.

Dia yang dikenal dengan sebutan kesayangan “Paman Ho”, seumur hdupnya adalah orang yang sederhana, baik dalam penampilan maupun cara hidup sehari-hari.

Sepeninggalnya, maka perjuangan diteruskan oleh para pembantunya.

Sehingga tercapai kemenangan akhir pada tahun 1975 tatkala ibukota Vietnam Selatan, Saigon, jatuh ke tangan tentara Vietnam Utara.

(Baca juga: Di Perang Vietnam, AS Tak Hanya Kehilangan 60 Ribu Pasukan tapi Juga Harus Membuang Puluhan Helikopter ke Lautan)