Find Us On Social Media :

Meski Ususnya Sudah Terburai Akibat Harakiri, Jenderal Pendiri Kamikaze Jepang Ini Masih Sempat Memberikan Pesan Terakhir

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 22 Februari 2018 | 06:00 WIB

Intisari-Online.com - Laksamana Jepang penggagas serangan bunuh dini kamikaze, Takajiro Onishi, betul-betul seorang samurai sejati.

Sebagai seorang perwira tinggi AL Jepang, Onishi termasuk yang berpegang teguh pada sikap berperang sampai mati.

Onishi yang diangkat sebagai Wakil Kepala Staf AL Kekaisaran pada Mei 1945 adalah mendukung keras dilanjutkannya perang.

Padahal kondisi saat itu jelas menunjukkan Jepang kehabisan harapan.

Karena itu, tatkala mendengar siaran takluknya Jepang yang disampaikan Kaisar pada 15 Agustus, dia pun melakukan hara-kiri 16 Agustus pagi.

(Baca juga: Takajiro Onishi, Samurai Pencetak Pilot Kamikaze yang Tunjukkan Solidaritasnya Lewat Harakiri di Depan Anak Buahnya)

Sebelum harakiri, malam harinya Onishi mengundang sejumlah perwira stafnya untuk jamuan perpisahan di kediamannya dengan melakukan ritual minum sake bersama-sama.

Pagi itu ajudannya dikabari bahwa Laksamana Onishi telah melakukan harakiri.

Ajudan itu bergegas ke rumah Onishi dan menemukannya dalam keadaan sekarat namun masih sadar.

Onishi telah merobek perutnya hingga ususnya terburai menggunakan pedang pendek (katana) dan berusaha memotong lehernya sendiri.

Namun tampaknya usaha menggorok leher itu kurang berhasil karena ia tidak memiliki tenaga lagi.

Dalam kondisi seperti itu biasanya pelaku ritual harakiri akan menyerahkan pedang samurai ke orang yang sudah ditunjuk untuk memenggal kepalanya.

Ajudan Onishi sempat menawarkan apakah perlu mencari pertolongan medis atau memenggal kepala Onishi menggunakan pedang samurai “secara terhormat” sehingga rasa sakitnya segera hilang.

(Baca juga: Tidak Hanya Jepang, Nazi Juga Memiliki Pilot Kamikaze yang Rela Mati Demi Adolf Hitler dalam Perang Dunia II)

Tapi Onishi ternyata melarang ajudan itu mencari pertolongan medis maupun membantunya mempercepat kematian.

Dengan sengaja ia membiarkan diri menderita sampai kematiannya tiba pada senja hari pukul 18.00.

Menjelang kematiannya, Onishi ternyata sempat menuliskan pesan terakhirnya.

Pesan itu antara lain menyatakan pujian dan penghargaannya terhadap jiwa-jiwa para pilot kamikaze.

“Mereka bertempur dan gugur secara gagah berani, dengan kepercayaan kepada kemenangan akhir kita.

Dalam kematian, saya berharap dapat berdamai dengan kegagalan saya dalam ikut mencapai kemenangan.

Dan saya mohon maaf terhadap jiwa para penerbang yang telah gugur serta keluarga mereka yang telah berduka.

Saya harapkan kaum muda Jepang menemukan moral dalam kematian saya...”

(Baca juga: Terobsesi Jadi Barbie Hidup, Gadis 18 Tahun Ini Habiskan Uang Rp20 Juta per Bulan Milik Ibunya untuk Menyerupainya)

Diperkirakan sekitar 2.550 sorti penerbangan serangan bunuh diri kamikaze dilakukan dari 25 Oktober 1944 sampai berakhirnya perang 15 Agustus 1945.

Sebanyak 363 serangan kamikaze menemui sasaran atau nyaris mengenai tetapi tetap menimbulkan kerusakan pada kapal Sekutu yang diserang.

Dari serangan itu, tak kurang dari 71 kapal Sekutu dikirim ke dasar laut atau pun hancur tak mungkin diperbaiki lagi.

Lebih dari 6.600 personel Sekutu dilaporkan terbunuh akibat serangan kamikaze.  

Jumlah korban yang sangat besar dan seharusnya tidak perlu terjadi karena tanpa serangan kamikaze Jepang sebenarnya tetap akan kalah.

(Baca juga: Bukannya Mendapatkan Perawatan Mental, Wanita Ini Justru Diancam Penjara Jika Mencoba Bunuh Diri untuk Ketiga Kalinya)