Find Us On Social Media :

Kwantung Army, Cikal Bakal Militerisme Jepang yang Terkenal Ganas dan Brutal Pada PD II

By Ade Sulaeman, Rabu, 21 Februari 2018 | 12:00 WIB

Tujuannya agar tentara ini tidak dapat dipakai Jepang bertempur ke selatan dan Pasifik.

Para perancang perang AS benar-benar yakin bahwa Tentara Kwantung merupakan pasukan tempur yang paling jempolan di antara seluruh tentara Jepang.

Rusia yang tengah menghadapi invasi Nazi Jerman, juga selalu ketar ketir apabila Tentara Kwantung tiba-tiba menyerangnya dari pintu belakang.

Karena itulah Stalin selalu mendesak dibukanya front kedua di Eropa Barat untuk mengendurkan tekanan Jerman, sekaligus membuat halaman belakangnya lebih aman.

Namun yang terjadi, sebelum D-Day di Eropa Juni 1944, Jenderal MacArthur telah membuka front kedua di Pasifik dan berhasil mendesak Jepang.

Akibatnya Jepang pun sejak Februari 1944 mengalirkan Tentara Kwantung dari Manchuria untuk membantu pertahanan Pasifik, termasuk dengan kekuatan lapis baja, artileri, serta kekuatan udaranya.

Akibatnya, Tentara Kwantung yang semula ditakuti, memasuki tahun 1945 tinggal sisa-sisanya.

Panglimanya, Jenderal Yoshijiro Umezu juga ditarik ke Tokyo menjadi KSAD.

Umezu digantikan oleh Jenderal Otozo Yamada yang saat itu memimpin negara yang kondisinya sudah melemah.

Apalagi dengan rekrutan baru yang sudah tua-tua atau terlalu muda. Persenjataannya pun tidak lengkap, bahkan senapan pun kurang.

Sementara itu Rusia yang berhasil mendesak mundur pasukan Nazi, diam-diam mulai memindahkan bagian tentaranya dari Eropa ke timur dengan kereta api Trans Siberia.

Menurut intelijen Jepang, Rusia menambah kekuatan dengan satu divisi setiap tiga harinya, sehingga pada Juli 1945 ditaksir pasukannya mencapai 1.600.000 orang.

Kekuatan tempur itu masih ditambah 6.500 pesawat terbang dan 4.500 kendaraan lapis baja.

Beberapa kali pasukan Rusia memancing insiden di perbatasan. Namun, Jepang yang menyadari kelemahannya tidak memberikan reaksi.

Sampai akhirnya Rusia melanggar perjanjian non-agresi dan menyerbu Manchuria serta mengalahkan Tentara Kwantung yang sudah compang-camping dalam tempo satu minggu, 9-15 Agustus 1945.

Begitu Jepang takluk mengalirlah eks-Tentara Kwantung mengisi kamp-kamp tawanan di Siberia.

Panglimanya Jenderal Yamada baru dikeluarkan pada Juni 1956 sebagai orang tua yang sudah berusia 76 tahun.

Ia renta dan lemah, tetapi masih punya kebanggaan pada raut mukanya.

(Baca juga: Betapa Terkejutnya Bocah Ini ketika Tahu Lukisan yang Ia Beli Seharga Rp26 Ribu Ternyata Karya Pelukis Terkenal)