Find Us On Social Media :

Nama Baru yang Bikin Malu: Ketika Imlek Dilarang Pak Harto

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 16 Februari 2018 | 20:30 WIB

Pada zaman di mana bahasa Belanda masih menjadi bahasa pergaulan yang paling umum, tamu-tamu Ayah ada yang orang Jawa, Ambon, Arab, dll. Mereka datang bertamu dan tak jarang makan bersama kami.

Sedangkan mereka sendiri saling menyapa dengan menyebut “Meneer dan Mevrouw”. Ayah biasa disapa sebagai Meneer Oey, dan ibu, Mevrouw Oey.

Ketika saatnya kami masuk ke universitas, kami harus berjuang ekstra keras kalau ingin diterima di universitas negeri.

Bagi siswa keturunan Tionghoa, tersedia tempat hanya sekitar 10% dari semua kursi yang ada.

Dengan demikian mereka harus melewati filter rangkap, angka kelulusan tes dan jatah 10% tersebut. Kondisi yang keras ini di sisi lain menjadi blessing in disguise, karena anak-anak Ayah terbiasa bekerja keras untuk survive.

Meskipun saya tidak berhasil, kedua kakak saya berhasil diterima di salah satu universitas negeri unggulan.

Seperti apa perayaan Imlek di masa Bung Karno?

(Baca juga: Bayinya Meninggal Setelah Lahir, Wanita Ini Melakukan Hal Mulia untuk Menebus Kesedihannya)

(Oleh Lily WIbisono)