Find Us On Social Media :

60 Tahun Permesta: Agen CIA Ini Coba Bunuh Diri saat Tertangkap, Tapi Malah Diselamatkan Lalu Diberi Rokok dan Wiski

By Ade Sulaeman, Kamis, 15 Februari 2018 | 13:15 WIB

Intisari-Online.com - Ketika pada tahun 1958-1960  terjadi konflik militer antara Angkatan Perang RI (APRI) melawan kelompok Pemberontak Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin mendirikan negara merdeka di kawasan Indonesia Timur, peperangan yang dahsyat dan memakan korban jiwa pun tidak terelakkan.

Demi menumpas Permesta, APRI mengerahkan seluruh  kekuatan seperti pesawat-pesawat tempur dan transpor  serta kapal-kapal perang ke kawasan Indonesia Timur.

Upaya memadamkan Permesta oleh APRI merupakan perjuangan yang berat karena untuk mengirimkan pasukan dan persenjataan dari Jawa perlu menempuh jarak lebih 3000 km.

Perjalanan pesawat-pesawat AURI dan kapal-kapal perang menuju Indonesia Timur pun rawan oleh sergapan pesawat-pesawar tempur  Permesta yang dikenal sebagai Angkatan Udara Revolusiuoner (AUREV).

(Baca juga: 60 Tahun Permesta: Ibarat ‘David Vs Goliath’, AURI Berhasil Tumpas Permesta Berkat Taktik Jitu)

Apalagi AUREV didukung oleh para tentara bayaran dari Sekutu (AS dan Austrlalia) serta sejumlah agen CIA yang sedang mendapat tugas khusus membuat kekacauan di kawasan Pasifik.

Suatu hari  satu pesawat pengebom B-26 yang dipiloti oleh agen CIA, Allen Pope dan navigator Harry Rantung, bermaksud menyerang kapal-kapal perang dan transport ALRI yang sedang bergerak ke Maluku.

Pope pun segera melaksanakan manuver untuk menjatuhkan bom dan menembakkan sejumlah  roket.

Sementara kapal-kapal perang ALRI yang melihat datangnya pesawat B-26 segera menyiapkan peran tempur menggunakan persenjataan penangkis serangan udaranya.

Bom yang dilepaskan B-26 jatuh dan meledak sekitar 50 meter dari kapal ALRI KRI Sawega yang saat itu ditumpangi oleh Pangdam XV Pattimura Kolonel Herman Piters dan komandan kapal Mayor Laut Sudomo.

Ketika B-26 sedang sibuk  menyerang kapal-kapal perang ALRI pada saat yang sama juga  muncul pesawat tempur P-51 Mustang AURI yang dipiloti oleh Kapten Udara Ignatius Dewanto.

Kapal-kapal perang ALRI langsung menembaki B-26 AUREV menggunakan persenjataan penangkis serangan udara.

Meski tembakan dari kapal-kapal perang ALRI itu sebenarnya juga beresiko mengenai P-51 Mustang  AURI.

(Baca juga: Yang Konyol-Konyol di Perang Dunia II: Nazi Gelar Pesawat Palsu dari Kayu dan Sekutu Mengebomnya Dengan Bom Kayu)

Pada saat yang sama P-51 Mustang juga menghajar B-26 menggunakan senapan mesin.

Akibatnya B-26 yang tertembak oleh banyak peluru dari kapal perang dan Mustang  itu mesinnya terbakar dan berusaha melarikan diri menuju Irian Jaya.

Tapi meski Pope merupakan mantan pilot tempur PD II yang sudah berpengalaman dan berusaha keras menerbangkan pesawatnya supaya stabil akhirnya gagal.

B-26 yang sudah mengalami kerusakan parah itu akhirnya meluncur jatuh di pinggiran pantai suatu pulau.

Pope dan Harry Rantung berhasil melompat menggunakan parasut dan mendarat selamat tapi pahanya luka-luka sehingga tidak bisa berjalan.

Tiba-tiba Pope mencabut pistolnya dan menyerahkan kepada Harry Rantung agar segera menembak mati dirinya.

Rupanya Pope lebih baik baik memilih mati daripada terkuak jati dirinya.

Tapi tak punya nyali untuk menembak dirinya sendiri.

Harry Rantung yang sudah memegang pistol Pope hanya bisa tercengang.

Tapi  Harry Rantung  kemudian ternyata menolaknya.

Tidak berapa lama datang dua perahu karet berisi pasukan ALRI  yang datang dari  KRI Sawega,  lalu menangkap kedua awak B-26 yang nahas itu.

Ketika sudah di bawa masuk ke dalam KRI Sawega dan dilakukan pemeriksaan baik Kolonel  Herman maupun  Mayor Sudomo kaget ketika mengetahu pilot B-26 ternyata warga AS dan juga agen CIA.

Namun, Pope sebagai tawanan perang malah diperlakukan secara  baik, diobati lukanya, diberi rokok dan wiski kegemarannya, bahkan pakaiannya yang basah langsung diganti menggunakan pakaian pribadi milik Kolonel Herman.

Sebagai agen CIA yang tertangkap basah dan membuat malu pemerintah AS, Pope memang bernasib mujur.

Setelah diadili dan dijatuhi hukuman mati, Pope malah mendapat pengampunan dari Presiden Soekarno dan bisa pulang ke negaranya dalam kondisi segar bugar.

(Baca juga: Kesulitan Perbaiki Jet Tempur Kiriman Isreal, Para Teknisi TNI AU Terpaksa Gunakan Kepala Kerbau)