Find Us On Social Media :

Jangan Sampai Terkena Taktik Devide et Impera dari Anak Negeri Sendiri, Ayo Katakan ‘Aku Orang Indonesia!’

By Ade Sulaeman, Selasa, 13 Februari 2018 | 10:45 WIB

Sebaliknya, yang lebih gampang terucapkan adalah, Saya orang Cina, atau Aku orang Jawa, Saya orang Bugis, Beta orang Ambon, Aku Kristen, Aku Islam, dan seterusnya.

Kalimat-kalimat di atas mencerminkan betapa, berhasilnya taktik lapuk devide et impera, yang tidak cuma dipraktikkan kaum penjajah, melainkan juga dilakukan oleh anak negeri sendiri.

Nyaris tak ada lagi kebanggaan untuk mengatakan, Aku orang Indonesia! Sangat menyedihkan.

Nah, apakah relasi serba paranoid ini akan dibiarkan terus? Tentu tidak! Karena kalau dibiarkan, bangsa ini pasti akan bangkrut dan hancur berkeping-keping.

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya? Jawaban untuk pertanyaan itu beraneka ragam.

Banyak cara yang bisa dipakai untuk mengikis program mental paranoid. Salah satu yang dianggap penting adalah pembaruan model kepemimpinan.

Mengapa cara ini disebut penting? Pertama, karena fakta relasi antarinsan di bumi negeri ini masih bersifat paternalistik.

Kedua, masalah yang mau diatasi menyangkut mentalitas.

Seperti diketahui, program mental terjadi karena proses pendarahdagingan suatu sikap hidup secara otoritatif selama bertahun-tahun.

Oleh karena itu pengikisan program mental juga memerlukan daya otoritatif kepemimpinan.

Pembaruan model kepemimpinan bisa menjadi salah satu titik awal penting untuk pengikisan program mental lama yang sudah telanjur membelenggu.

Ada beberapa tipe kepemimpinan yang dikenal dalam peradaban sekarang ini. Dunia mengenal kepemimpinan Alfa dengan landasan kekuatan maskulin yang otoritatif.