Find Us On Social Media :

3 Balita Derita Gizi Buruk Gara-gara Susu Kental Manis, Inilah Alasan Susu Kental Manis ‘Haram’ untuk Balita

By Ade Sulaeman, Jumat, 9 Februari 2018 | 10:30 WIB

Intisari-Online.com - Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf meminta pemerintah melakukan anti hoaks atau memberantas informasi-informasi kesehatan yang menyesatkan masyarakat.

Ia melihat, sosialisasi Germas dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) yang dilakukan pemerintah menjadi tidak maksimal akibat gencarnya info-info kesehatan yang beredar melalui pesan WhatsApp.

Tentu saja, informasi tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Selain hoaks, kesalahan penafsiran informasi oleh masyarakat juga menjadi hal serius yang akan dibahas bersama Kementerian Kesehatan dan BPOM.

(Baca juga: (Foto) Operasi Plastik Tidak Seinstan yang Dibayangkan, Wanita Ini Menderita 3 Bulan Setelah Jalani Operasi)

“Di masyarakat kita, banyak kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat yang sebenarnya tidak baik bagi kesehatan anak. Misalnya, kebiasaan melumat makanan melalui mulut orang tua baru kemudian diberikan kepada anak. Ini tidak higienis namun sudah menjadi kultur sebagian masyarakat,” ungkap Dede.

Lebih lanjut, misinformasi tentang produk makanan dan minuman oleh masyarakat turut berpengaruh pada asupan gizi anak.

Seperti susu kental manis yang diberikan sebagai minuman untuk anak, yang akhirnya menyebabkan 3 balita di Kendari dan 1 di Batam dirawat di RS dengan diagnosis gizi buruk.

“Masyarakat tidak paham mana yang boleh diberikan untuk anak dan mana yang tidak boleh. Gizi buruk dan stunting menjadi persoalan serius di Indonesia,” ujarnya.

Menurut Dede, sosialisasi ini tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, namun juga menjadi tanggung jawab produsen, terutama makanan dan minuman kemasan yang banyak dikonsumsi anak.

Edukasi ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun juga seharusya produsen ikut berperan mengedukasi pembeli.

“Semestinya, produsen diberikan amanat oleh pemerintah untuk mencantumkan informasi produk  dengan sangat detail pada label, mulai dari digunakan untuk apa, batas usia penggunaan, bahkan kalau perlu akibat-akibat yang ditimbulkan bila tidak digunakan sebagaimana mestinya. Artinya, pembeli pun mengerti bahwa produk tersebut tidak boleh untuk anak,” jelas Dede.