Find Us On Social Media :

Masih Ingat Hassan Shadily, sosok di Balik Kamus Inggris-Indonesia yang Fenomenal Itu?

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 4 Februari 2018 | 15:45 WIB

Masuk akal jika kematian ini membuat Hassan sangat berduka cita.

(Baca juga: Membabi Buta dan Tak Pandang Bulu, Serangan Udara Turki Paksa Ibu dan Anak-Anak Kurdi Hidup di Dalam Gua)

“Waktu itu saya hampir saja kehilangan semangat mengumpulkan kata-kata baru yang biasanya saya diskusikan dengan John.”

Setelah rampungnya proyek kamus Inggris-Indonesia yang dibiayai oleh Twentieth Century Funds dan Ford Foundation, mulai tahun 1962 Hassan juga sibuk dalam berbagai proyek penyusunan ensiklopedi.

Sampai saat ini sudah tiga buah ensiklopedi rampung tersusun berkat keahlian dan ketekunannya. Ini tidak bisa dibilang prestasi yang kecil, kalau mengingat lamanya waktu yang diperlukan untuk menggarapnya.

Bukan luar biasa kalau sebuah ensiklopedi baru rampung setelah dikerjakan selama sepuluh tahun.

Ketiga ensiklopedi itu adalah Ensiklopedi Umum (satu jilid), yang diterbitkan oleh Yayasan Kanisius (1972); Ensiklopedi Indonesia, yang diterbitkan oleh PT Ichtiar Baru dan Van Hoeve (1980); dan Ensiklopedi Tari dan Musik, yang penyusunannya merupakan proyek dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Naskah ensiklopedi yang disebut terakhir ini, yang menurut Hassan bisa dijadikan enam jilid, sampai sekarang belum dipublikasikan.

(Baca juga: Soal Pil KB, Aimee Brothman: Pil Itu Telah Membunuh Kehidupan Seksualku)

Karena belum memiliki keahlian dalam teknik penyusunan ensiklopedi, ketika pada tahun 1962 ia mulai menggarap Ensiklopedi Umum, Hassan berkesempatan mempelajan cara kerja redaktur ensiklopedi di luar negeri, termasuk redaktur-redaktur Encyclopedia Americana dan Encyclopedia Britannica.

Tidak bisa disangkal lagi Ensiklopedi Indonesia, yang seluruhnya terdiri atas tujuh jilid dan masing-masing tebalnya lebih dari 500 halaman, merupakan hasil kerja Hassan yang paling besar dan monumental.

Sebagai pemimpin redaksi, ia menjadi penanggung jawab atas semua isinya, serta menjadi orang yang paling berat beban tugasnya selama penyusunan.

Ia antara lain harus menyunting dan menyusun secara sistematis bahan-bahan tulisan yang dibuat oleh tak kurang dari 220 orang sarjana dari 45 bidang ilmu pengetahuan.

Hassan merampungkan pekerjaannya ini dalam waktu delapan tahun.

Honorarium dan berbagai proyek penyusunan kamus dan ensiklopedi serta royalti dari penjualan buku-bukunya ternyata belum mencukupi nafkah Hassan dan keluarganya.

(Baca juga: Pertarungan Sengit King Kobra Melawan Piton Raksasa yang Berakhir Seri Ini Sungguh Mengenaskan)

Karena itu ia pun menjalankan berbagai usaha sampingan, seperti mendirikan perusahaan penerbitan buku yang diberinya nama PT Antar Karya serta membangun rumah-rumah peristirahatan di daerah Cisarua, Puncak, Jawa Barat, untuk disewakan.

Hassan juga mengaku suka menerima borongan pembangunan rumah.

“Sejak muda saya sudah senang dengan soal-soal pembangunan,” kata Hassan yang memiliki sebuah tim tukang yang setiap saat siap membantunya melaksanakan order pembangunan apa saja.

Baca selengkapnya di sini...