Find Us On Social Media :

Ternyata Ada Fungsi yang Sangat Mematikan dari Semakin ‘Gantengnya’ Desain Pesawat Tempur

By Ade Sulaeman, Kamis, 25 Januari 2018 | 18:00 WIB

Bentuk pesawat generasi ini menjadi kecil kembali dan agak “aneh” dengan cross section yang minimal meskipun belum diterapkan konsep stealth.

(Baca juga: Gara-gara Telat Lakukan Ini, Puluhan Ribu Pasukan Jepang Mati Sia-sia saat Perang Dunia II)

Keanehan ini dikarenakan penemuan teknologi baru dalam control and thrust, sehingga kemampuan terbang pesawat tidak semata tergantung pada hukum aerodinamis tetapi tertumpu pada trust vectoring.

Seperti terlihat pada pesawat generasi 4,5 yang diwakili oleh Su-33, Su-35, Eurofighter Typhoon dan Rafale, semua jenis yang mengandalkan canard dalam bermanuver.

Sebenarnya tidak ada perbedaan yang menyolok antara generasi 4 dan generasi 4,5 selain avionik yang diusungnya.

Jika jet-jet tempur Su-35 yang dibeli oleh Indonesia dari Rusia sudah diterima maka untuk pertama kalinya TNI AU memiliki jet tempur generasi 4,5.

Sementara jet-jet generasi-5 seperti yang diwakili pesawat F-22 Raptor dan F-35 Lighting II (AS), Tu-160 M dan T-50 PAK FA (Rusia) J-20 (China) , X-2 Shinshin (Jepang), dan KFX 201 (Korea-Indonesia) yang sedang proses rancangan adalah jenis yang baru dikembangkan setelah tahun 2000-an.

Pesawat-pesawat ini sarat dengan teknologi baru dan mempunyai karakteristik lain yaitu mampu terbang jauh (super cruise), berkemampuan stealth dan dirancang secara terintegrasi.

Bermakna pesawat generasi 5 ini sudah mempunyai satu kesatuan “otak”, dimana semuanya sudah dapat dipikirkan, diperbuat dan dirancang sejak sebelum terbang.

Di sini fungsi sebagai pilot tempur sudah tergantikan dengan komputer, jadi pilot yang duduk di dalam kokpit bukan seorang fighter tetapi seorang operator.

Ciri khas pesawat-pesawat tempur generasi kelima ini adalah sifatnya yang multi peran, dilengkapi persenjataan untuk semua sasaran baik darat, laut, maupun udara.