Ternyata Ada Fungsi yang Sangat Mematikan dari Semakin ‘Gantengnya’ Desain Pesawat Tempur

Ade Sulaeman

Penulis

Selain itu, semakin canggih suatu pesawat tempur, maka fungsi pilot sebagai seorang 'fighter' juga semakin bergeser 'hanya' menjadi seorang 'operator'.

Intisari-Online.com - Dalam perkembangan terkini pesawat-pesawat tempur yang dioperasikan di seluruh dunia umumnya merupakan jet-jet tempur generasi ke 4, generasi 4,5, dan generasi 5.

Secara bentuk fisik (fuselage) perkembangan jet-jet tempur itu juga makin artistik dan “ganteng” tetapi sebagai mesin perang fungsinya benar-benar makin mematikan.

Khusus untuk Indonesia (TNI AU) , jet-jet tempur yang dimiliki seperti F-16 Fighting Falcon, SU-27/30, Hawk 100/200, dan T-50 Golden Eagle merupakan jet tempur generasi 4.

Ciri khas pesawat generasi 4 didominasi oleh penerapan teknologi digital avionik, fly-by-wire serta mempunyai Thrust to Weight Ratio yang besar.

(Baca juga: (Foto) Apa Jadinya Jika Para Pemimpin Dunia 'Nyontek' Gaya Rambut ala Pasha 'Ungu'? Inilah Hasilnya)

Kemampuan ini sejalan dengan penemuan mesin generasi baru yang sangat handal seperti yang terpasang pada pesawat F-15C Eagle yaitu jenis Part & Whitney F-100 after burner.

Jenis pesawat generasi-4 yang lahir di awal tahun 1970-an didominasi pesawat tempur yang bongsor dengan kemampuan yang mengagumkan.

Jenis pesawat tempur lain generasi 4, yaitu F-14 Tomcat, MiG-29, Yak-38, Mirage-2000, F-16, Saab Vigen dan lainnya.

Patut dicatat bahwa selain negara maju di bidang kedirgantaraan, beberapa negara “baru” telah mampu juga menghasilkan pesawat generasi 4 seperti China dengan Chengdu J-10, India dengan Hindustan LCA, Taiwan dengan AIDC Ching Kuo dan Jepang dengan Mitsubishi F-2.

Pesawat generasi 4 juga ditandai dengan bergabungnya beberapa pabrikan besar untuk memproduksi jenis pesawat yang sama.

Metode ini ternyata sebagai pijakan dalam memasuki generasi 4,5 yang baru berkembang saat ini.

Selama 15 tahun terakhir ini, pesawat tempur dimasukan dalam generasi-4,5 yaitu jenis pesawat yang mengadopsi Advance Avionic Integration serta berkemampuan RCS (Reduce Cross Section).

Bentuk pesawat generasi ini menjadi kecil kembali dan agak “aneh” dengan cross section yang minimal meskipun belum diterapkan konsep stealth.

(Baca juga: Gara-gara Telat Lakukan Ini, Puluhan Ribu Pasukan Jepang Mati Sia-sia saat Perang Dunia II)

Keanehan ini dikarenakan penemuan teknologi baru dalam control and thrust, sehingga kemampuan terbang pesawat tidak semata tergantung pada hukum aerodinamis tetapi tertumpu pada trust vectoring.

Seperti terlihat pada pesawat generasi 4,5 yang diwakili oleh Su-33, Su-35, Eurofighter Typhoon dan Rafale, semua jenis yang mengandalkan canard dalam bermanuver.

Sebenarnya tidak ada perbedaan yang menyolok antara generasi 4 dan generasi 4,5 selain avionik yang diusungnya.

Jika jet-jet tempur Su-35 yang dibeli oleh Indonesia dari Rusia sudah diterima maka untuk pertama kalinya TNI AU memiliki jet tempur generasi 4,5.

Sementara jet-jet generasi-5 seperti yang diwakili pesawat F-22 Raptor dan F-35 Lighting II (AS), Tu-160 M dan T-50 PAK FA (Rusia) J-20 (China) , X-2 Shinshin (Jepang), dan KFX 201 (Korea-Indonesia) yang sedang proses rancangan adalah jenis yang baru dikembangkan setelah tahun 2000-an.

Pesawat-pesawat ini sarat dengan teknologi baru dan mempunyai karakteristik lain yaitu mampu terbang jauh (super cruise), berkemampuan stealth dan dirancang secara terintegrasi.

Bermakna pesawat generasi 5 ini sudah mempunyai satu kesatuan “otak”, dimana semuanya sudah dapat dipikirkan, diperbuat dan dirancang sejak sebelum terbang.

Di sini fungsi sebagai pilot tempur sudah tergantikan dengan komputer, jadi pilot yang duduk di dalam kokpit bukan seorang fighter tetapi seorang operator.

Ciri khas pesawat-pesawat tempur generasi kelima ini adalah sifatnya yang multi peran, dilengkapi persenjataan untuk semua sasaran baik darat, laut, maupun udara.

Ciri lainnya adalah memiliki sistem operasional secara digital dan terintegrasi, dilengkapi radar paling mutakhir RCS (Radar Cross Section), mampu bermanuver secara maksimal karena bobot pesawat yang berkurang.

Pasalnya fuselage pesawat terbuat dari komposit dan menggunakan mesin canggih berdaya tinggi, serta mimiliki teknologi antiradar sehingga sering juga disebut sebagai pesawat siluman (stealth).

Semua persenjataan yang dibawa oleh jet tempur generasi 5 berada di dalam badan pesawat sehingga dari tampak luar, jet-jet tempur generasi 5 seperti tidak membawa senjata.

Fungsi senjata berada di dalam fuselage itu adalah supaya tidak bisa terdeteksi oleh radar.

Maka dari sisi penampilan jet-jet tempur generasi makin tampak rapi, artistik, dan “ganteng” tapi makin mematikan.

(Baca juga: Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak)

Artikel Terkait