Amarah Tidak Harus Ditahan, Cukup Luapkan dengan Cara Sehat Ini

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Pada tahun 1970 banyak terapis kejiwaan yang menyarankan untuk marah, karena justru kemarahan itu menyehatkan.

Intisari-Online.com- Pada 1970 banyak terapis kejiwaan yang menyarankan untuk marah, karena justru kemarahan itu menyehatkan.

Sejarah ilmu psikologi menyebutkan, bahwa ada pergeseran makna mengenai amarah sejak dulu dan sekarang.

Dulu amarah adalah sebuah refleksi, namun sekarang, marah adalah sebuah reaksi dari emosi.

Nah, jika Anda merasa ingin marah, tidak perlu repot-repot menahannya.

Baca Juga:10 Foto Berikut Ini Menyimpan Cerita Kesedihan di Baliknya, Anda Pasti Tidak Pernah Menduga Sebelumnya!

Baca Juga:(Foto) Lucu! Totalitas Para Guru Ini Dalam Mengajar Memang Tidak Dapat Diragukan Lagi

Mengapa? Karena amarah adalah sebuah refleksi bagi jiwa.

Kita hanya perlu mengedepankan pikiran dibanding perasaan ketika kita dilanda kemarahan.

Amarah yang sehat berarti mengambil waktu untuk mematikan keinginan emosional.

Dengan aspek yang rasional, kita belajar untuk mengesampingkan emosi.

Saat itu, kita akan belajar untuk mengaktifkan sisi kepekaan dan kemanusiaan kita.

Salah satunya adalah kedewasaan.

Kita hidup di tengah masyarakat yang menganggap amarah adalah sesuatu yang buruk.

Ya, memang benar, kalau jenis amarah itu adalah amarah emosional.

Sesekali kita juga perlu melepaskan kemarahan itu, namun pastikan kemarahan itu adalah kemarahan yang sehat dan membangun.

Bagaimana caranya membedakan kemarahan emosi dan refleksi? Bagaimana caranya agar kemarahan tidak mendatangkan sakit melainkan menyehatkan? Simak penjelasan berikut:

Baca Juga:(Foto) Sungguh Mengharukannya, Kakek yang Kehilangan Segalanya Usai Kebakaran Ini Begitu Erat Memeluk Kucingnya yang Selamat

Baca Juga:Lucu! Warga Berebut Meteor yang Jatuh dari Langit, Setelah Dicek Ternyata Limbah Manusia dari Toilet Pesawat

1. Amarah yang sehat, artinya mengobservasi dan mengendalikan kemarahan agar tidak bereaksi terlalu berlebihan.

2. Marah yang sehat, berarti mengenali amarah sebagai sinyal untuk menguasai pikiran dan perasaan.

3. Marah yang sehat berarti memandang kemarahan sebagai tanda untuk mengidentifikasi hal yang lain ketimbang marah secara emosional.

4. Marah yang sehat membawa kita mengembangkan empati.

5. Kemarahan yang sehat berarti menolong diri sendiri untuk membuang kemarahan dengan memaafkan orang lain dan diri sendiri.

6. Marah yang sehat membuat kita belajar praktik welas asih, sehingga tidak membuat orang lain juga terluka.

7. Marah yang sehat belajar untuk berkomunikasi dengan baik tanpa nada tinggi pada orang lain.

8. Amarah yang sehat menambah ketahanan dan kesehatan mental .

Bagaimana cara mengubah amarah emosional menjadi amarah refleksi? Caranya adalah dengan latihan.

Saat amarah melanda, berusahalah untuk mengatasinya dengan menahan reaksi terlebih dahulu.

Baca Juga:Skandal Sepotong Sandwich Seharga 30 Juta Dollar yang Diselundupkan ke Angkasa Luar

Semakin sering kita berlatih, semakin berkurang reaksi marah emosional digantikan amarah yang lebih rasional.

Selain itu, dibutuhkan pula komitmen untuk berlatih mempraktikkan amarah yang sehat ini.

Tapi ingatlah, amarah yang sehat sangat bermanfaat bagi diri kita dan juga orang lain.

Itu akan membuat hidup kita terasa lebih berarti.

(Artikel ini telah tayang di kompas.com pada 31/8/2016 dengan judul asli "Luapkan Kemarahan dengan Cara Sehat.")

Baca Juga:Sudah Pertaruhkan Nyawa saat Perang di Afghanistan, Pria Ini Malah Ditolak Negara yang Dibelanya

Artikel Terkait