Find Us On Social Media :

Katrina Leung, Intelijen Perempuan China yang Mengobrak-abrik Gedung Putih Berkat ‘Diplomasi Ranjang’-nya

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 21 Januari 2018 | 07:00 WIB

FBI berang. Sebagai orang yang pernah dicurigai sebagai mata-mata, Leung tak seharusnya bisa menghadiri acara sakral tersebut.  Pada 11 November 2002, Leung akan pergi ke China dengan maskapai penerbangan. Tanpa sepengetahuannya, tasnya digeledah FBI saat di bandara. Dalam tas ditemukan beberapa dokumen penting yang berkaitan dengan para agen FBI yang masih aktif.

Pada saat ke AS, tasnya kembali diperiksa. Dokumen-dokumen tersebut sudah tidak ditemukan. Sebelum memerikas Leung, FBI terlebih dulu memeriksa JJ yang waktu itu sudah pensiun.

JJ disodori bukti bahwa dia pernah melakukan hubungan seksual dengan Leung di sebuah hotel di bulan November. Dia mengakui bahwa dia menjalin asmara dengan Leung. Dia juga mengetahui bahwa Leung berhubungan dengan agen MSS.

Namun dia berkilah bahwa semua itu digunakannya untuk mengetahui pergerakan agen China di AS. Merasa cukup bukti, FBI pun ganti memeriksa Leung. Petugas FBI yang menggeledah rumah Leung mendapatkan hal yang mengejutkan.

BACA JUGA: 

Dokumen tentang komunikasi elektronik FBI, direktori telepon agen FBI dan direktori atase hukum FBI di seluruh dunia ditemukan. Leung pun diinterogasi lebih ketat. Akhirnya Leung kembali mengaku bahwa dia mencuri dokumen-dokumen tersebut dari JJ Smith dan kemudian akan diserahkan pada agen MSS. Untuk itu, dia mendapat imbalan sebesar 100 dolar dolar AS.

FBI pun tersentak. Tanggal 9 April 2003, Leung resmi ditahan dan kemudian menjalani pengadilan. Namun pengadilan tidak pernah terselesaikan karena tekanan politik. Kasusnya bahkan sedikit dialihkan pada soal pajak.

Akhirnya Leung dihukum tiga tahun percobaan, layanan masyarakat 100 jam dan denda 10 ribu dolar AS. Tanggal 14 April 2004, Pemerintah AS mengeluarkan pernyataan resmi bahwa kegiatan Leung sangat berbahaya.

FBI pun didesak Kongres untuk mengubah kode etik dan memperketat pengawasan terhadap agennya. Pasalnya, para agen ternyata banyak yang bermoral amburadul. Kisah Leung memberi bukti, bahwa seks ternyata masih menjadi senjata ampuh dalam dunia spionase. Bahkan untuk negara seadidaya Amerika Serikat sekali pun.

BACA JUGA: