Find Us On Social Media :

Sepenggal Kisah Gemerlap Nyonya Sosialita di Batavia Zaman VOC

By Yoyok Prima Maulana, Rabu, 17 Januari 2018 | 18:15 WIB

Graaf mengisahkan perilaku para nyonya di Batavia yang memamerkan perhiasan mewah tatkala mereka pergi dan pulang dari gereja. Segala hal telah mereka siapkan lebih glamor ketimbang waktu lain, demikian menurut Graaff.

Selain berbusana dan bertakhtakan perhiasan mewah, Graaff juga mencatat bahwa nyonya-nyonya Batavia datang ke gereja yang diiringi budak lelaki dan perempuan mereka.

Para budak membawa parasol berbodir dengan motif daun-daun yang memayungi majikan mereka selama perjalanan.

Jean Gelman Taylor, menulis tentang pamer kemewahan itu di dalam bukunya Social World of Batavia: European and Eurasian in Dutch Asia yang diterbitkan oleh The University of Wisconsin Press pada 1983.

Menurut Taylor, yang seorang Guru Besar di University of New South Wales, kebiasaan pamer ini tidak berasal dari kalangan ningrat di negeri asal mereka, Belanda. Justru kebiasaan ini adalah pengaruh budaya Asia dan budaya Portugis, demikian hemat Taylor.

Graaf melukiskan dalam catatannya bahwa nyonya-nyonya itu ibarat putri raja yang manja dan selalu ingin dilayani dan dipenuhi segala kebutuhannya.

BACA JUGA: 

“Bahkan sedotan yang jatuh di lantai, mereka memanggil para budak untuk mengambilnya,” demikian tulisnya. Malangnya, para budak kerap didera sumpah serapah atau hukuman cambuk apabila mereka bekerja lamban atau tak memenuhi pinta sang nyonya majikan.

Demikianlah, sepotong kehidupan sosial di sebuah kota yang kelak melahirkan Megapolitan Jakarta dengan segala keruwetan dan gengsi budayanya.

Jikalau nyonya sosialita zaman VOC tampak eksis bersosialisasi di gereja, kini nyonya sosialita modern abad ke-21 tampak eksis bergaul di mal dan pusat berbelanjaan mewah. (Mahandis Yoanata Thamrin)

BACA JUGA: 

Artikel ini pernah tayang di Nationalgeographic.co.id dengan judul "Gemerlap Para Nyonya Sosialita di Batavia Zaman VOC."