Find Us On Social Media :

Sepenggal Kisah Gemerlap Nyonya Sosialita di Batavia Zaman VOC

By Yoyok Prima Maulana, Rabu, 17 Januari 2018 | 18:15 WIB

Intisari-online.com -  Banyak cerita memikat tentang kehidupan dalam tembok kota Batavia.

Salah satunya, kehidupan para perempuan indis di kota yang didirikan oleh Jan Pieterzoon Coen pada awal abad ke-17 tersebut.

Nicolas de Graaff pertama kali menyaksikan Kota Batavia pada akhir 1640.

Setidaknya dia telah melakukan perjalanan dari Belanda ke Hindia Timur sebanyak lima kali.

BACA JUGA: 

Dia merupakan ahli bedah di kapal VOC, seniman lukis, dan penulis kisah perjalanan.

Tidak seperti pelancong lain yang mengisahkan keindahan dan kesyahduan Batavia dengan kanal-kanalnya, Graaff justru mengisahkan tentang perilaku perempuan di Batavia yang kadang terkesan memalukan. 

Tampaknya Graaff adalah fenomena. Catatan tentang pengamatannya yang mendalam seputar kehidupan perempuan di Hindia Timur baru diterbitkan pada 1701—setelah dia wafat—dalam Oost-Indise Spiegel.

Sudah menjadi tren saat itu di Batavia bahwa nyonya-nyonya elite punya kebiasaan unik saat beribadah di Kruiskerk—Gereja Salib yang bekas lahannya kini menjadi Museum Wayang. Mereka, para nyonya Belanda, maupun mestizo atau peranakan,  menjadikan gereja sebagai ajang pamer status sosial.

BACA JUGA:

Pada abad itu, sangat sedikit perempuan Eropa yang hijrah ke Batavia. Para nyonya itu mengikuti kewarganegaraan suaminya yang asal Belanda.

Jadi dalam tembok kota bayak ditemui perempuan asli Belanda, Indis, Kreol, dan Asia.

Mereka bukanlah para istri yang menerima apa adanya penghasilan suami, demikian menurut Graaff, melainkan para istri yang terlibat langsung dalam perdagangan atau perantara jual beli rumah atau pemberi pinjaman uang.