Find Us On Social Media :

Bukan di Pearl Harbour, Serangan Inilah yang Sebenarnya Memicu Amerika Serikat Terlibat dalam Perang Dunia II

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 13 Januari 2018 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com - Ledakan pertama yang memecahkan Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik bukanlah bom yang dijatuhkan Jepang di Pearl Harbour pada Minggu pagi 7 Desember 1941 waktu Amerika atau 8 Desember waktu Jepang.

Pemicu utama dari perang itu adalah gempuran Jepang terhadap Kota Bharu di Semenanjung Malaya.

Gempuran ini terjadi 2 jam jam 15 menit sebelum bom-bom pertama menghujani armada kapal perang AS yang besandar di Pearl Harbour.

Tentu saja aksi mendahului ini bukanlah disengaja, namun lebih karena masalah komunikasi.

Tatkala tembakan meriam kapal-kapal perang Jepang berledakan di pantai Kota Bharu lewat tengah malam pukul 01.15 atau pukul 05.45 waktu Hawaii.

(Baca juga: Daripada Malu, Jenderal Jepang Pemimpin Serangan Pearl Harbour Ini Memilih Bunuh Diri Setelah Kalah Perang)

(Baca juga: Lolos dari Serangan Jepang di Pearl Harbour, Kapal Perang Ini Justru Tenggelam di Tangan Inggris)

Kapal-kapal induk yang tergabung dalam Kido Butai masih sibuk menyiapkan peluncuran pesawatnya untuk menyerang Pearl Harbour, sekitar 200 mil di Selatan.

Sebelumnya para perancang serangan Pearl Harbour memang menghendaki serangan tersebut dilakukan sebelum fajar menyingsing.

Namun para pilot menyatakan banyak risiko jika lepas landas dari kapal induk dalam kondisi gelap gulita.

Karena itu, pada saat terakhir disetujui serangan Pearl Harbour diundur, dan peluncuran pesawat baru akan dijalankan ketika fajar mulai merekah.

Tetapi persetujuan pengunduran waktu serangan itu rupanya tidak sampai ke semua komandan lapangan, termasuk yang bertugas mendaratkan pasukan di Kota Bharu.

Pendaratan itu seharusnya dilakukan sesudah serangan udara atas Pearl Harbour terjadi.

Dalam upaya merebut Semenanjung Malaya hingga Singapura, Jepang telah mengirim armada kapal perang dan kapal angkut pasukan.

Pada saat menjelang sasaran dipecah menjadi tiga: ke Singapura, (Songkhla) dan Patani di Thailand Selatan, serta Kota Bharu di negara bagian Kelantan, Malaya.

Kota ini terletak di selatan perbatasan dengan Thailand di pantai timur Semenanjung.

(Baca juga: Iklan Misterius Jelang Serangan Jepang ke Pearl Harbour Ini Masih Menjadi Teka-teki hingga Kini)

(Baca juga: Menikmati Pemboman Pearl Harbour Melalui Virtual Reality Berdasarkan Kesaksian Veteran 103 Tahun)

Penembakan Kota Bharu dari laut dilakukan sebagai tanda bagi kapal angkut untuk memulai mendaratkan pasukannya.

Karena terlanjur mendahului serangan terhadap Pearl Harbour yang merupakan sasaran utama Jepang, maka  Jepang pun cemas.

Pasalnya, apakah Inggris sempat melaporkan  serangan atas Kota Bharu itu kepada AS sehingga membangunkan kewaspadaan Pearl Harbour?

Ternyata kekhawatiran tadi tidak beralasan karena laporan apa yang terjadi di Kota Bharu itu tidak sampai ke Hawaii.

Hingga pukul 07.53 waktu Hawaii atau lebih dari dua jam setelah kejadian Kota Bharu, AS belum menyadari jik Pearl Harbour akan diserang.

Bahkan sewaktu kode Tora, Tora, Tora diradiokan oleh komandan serangan Mitsuo Fuchida kepada Laksamana Nagumo, armada dan pasukan Amerika di Pearl Harbour tidak menyadari pesawat musuh telah mendekat!

Tora, Tora, Tora adalah kode bahwa serangan mendadak berhasil dijalankan.

Sementara itu di Washington DC, juru runding Jepang Saburo Kurusu dan Dubes Laks (Purn) Kichiburo Nomura tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, termasuk keputusan Tokyo menyerang Pearl Harbour.

Berbulan-bulan kedua diplomat ini sibuk mondar-mandir dari Kedubes Jepang ke Massachusetts Avenue ke gedung Departemen Luar Negeri AS, untuk berunding dan menyampaikan pesan-pesan dari Tokyo.

(Baca juga: Bukan Hiroshima, Tapi Kota Inilah yang Penduduknya Paling Banyak Meregang Nyawa saat perang Dunia II)

(Baca juga: Google Doodle Hari Ini: Marlene Dietrich Punya Jasa Besar dalam Perang Dunia II Meski Bukan Tentara)

Menlu Cordel Hull yang kakku, pada dasarnya tidak menyukai Jepang yang dilihatnya sebagai kekuatan yang militeris, ambisius, dan bernafsu menguasai Asia Timur.

Karena itu dia pun tidak bersimpati pada kedua diplomat Jepang tersebut.

Pada saat bom-bom berjatuhan di Pearl Harbour, baik Kurusu maupun Nomura tidak pernah mengetahuinya.

Mereka pun tidak menyadari telah “diperdayai” oleh Tokyo, yang setiap kali mengirimkan usul-usul kepada AS, termasuk terakhir yang terdiri dari 14 pasal yang intinya bersifat ultimatum.

Namun mereka meyakinkan pihak AS, bahwa Kaisar dan pemerintah Jepang dalam situasi kritis ini masih dapat bertindak mencegah perang.

Meskipun militer Jepang telah bersiap dengan senjata yang siap diletuskan.

Karena itu, Presiden Roosevelt pun pada 6 Desember malam masih mengirim pesan pribadi kepada Kaisar Hirohito, mengharapkan Jepang menarik pasukannya dari Indochina demi terpeliharanya perdamaian.

Ia juga mengingatkan bahwa rakyat Filipina, Malaya, Thailand, dan Hindia Belanda (Indonesia) saat itu pun sedang cemas akan terjadinya perang.

Ketika pesan  itu dikirim, AS tidak mengetahui bahwa grup armada Kido Butai di malam pekat itu sedang mengarah ke Pearl Harbour.

Sementara iringan armada lain mendekati posisi masing-masing di perairan Asia Tenggara.

(Baca juga: Sempat Dilarang Keras Orangtuanya Masuk Tentara, David Dwight Eisenhower Justru Jadi Penentu Usainya Perang Dunia II)

(Baca juga: Sial, Gara-gara Lupa Menutup Tangki Bahan Bakar Pilot Tempur Jagoan Perang Dunia II Ini Tewas Mengenaskan)

Beberapa jam sesudah pesan Roosevelt dikirim,Gedung Putih menerima salinan dokumen 14 pasal Jepang yang berhasil disadap dan diurai oleh dinas intelijen.

Sedangkan  Kedubes Jepang sendiri masih sibuk menyiapkan dokumen sama yang akan dibawa Kurusu dan Nomura ke Deplu AS esok harinya.

Mereka diinstruksi Tokyo untuk menyerahkannya pada pukul satu siang.

Siang itu Washington telah menerima laporan mengenai serangan Jepang dari Laksamana Husband Kimmel, Panglima Armada AS di Hawaii.

Pukul 14.05 Roosevelt memberitahu Menlu Hull mengenai serangan atas Pearl Harbour, dan Hull sebaliknya memberitahu presidennya bahwa kedua diplomat Jepang baru saja tiba di kantornya dan masih berada di ruang tunggu.

Kurusu dan Nomura terlambat tiba karena harus menunggu siapnya dokumen yang harus mereka serahkan.

Pukul 14.20 keduanya diterima Menlu Hull, yang menyapa dingin tanpa menjabat tangan mereka.

Keduanya tidak dapat menjawab pertanyaan Menlu AS mengapa dokumen itu harus diserahkan pukul 13.00.

“Kami sunggu tidak mengerti alasannya,” kata Dubes Nomura seraya minta maaf karena keterlambatan mereka.

Hull memotong pembicaraan diplomat Jepang itu dan mempersilahkan mereka pergi dengan nada kurang bersahabat.

Mereka tidak dapat memahami mengapa Menlu Hull bersikap seperti itu.

Setibanya di Kedubes Jepang, keduanya pun disambut Sekretaris Pertama Katsuzo Okumura yang dengan tergopoh-gopoh menyampaikan laporan yang isinya bagaikan petir di siang bolong.

“Pesawat kita telah membom Pearl Harbour,” kata Okumura.

Lemaslah Kurusu dan Nomura mendengar laporan tersebut. Usaha diplomasi mereka tak diperhatikan atau pun dihargai oleh kaum militeris Jepang sendiri.

(Baca juga: Bahaya, Ditemukan Bom Bekas Perang Dunia II di Area Reaktor Nuklir Fukushima Jepang)