Find Us On Social Media :

Ketika Seorang Tukang Batu Luntang-Lantung Penuh Dendam Menembak Presiden AS

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 9 Januari 2018 | 17:15 WIB

Intisari-Online.com – Waktu itu Amerika sedang dilanda krisis ekonomi yang paling gawat sejak Perang Saudara.

Pabrik-pabrik ditutup, pengangguran merajalela, sampai dapur umum didirikan di mana-mana untuk menolong orang lapar.

Dalam keadaan gawat itu rakyat mempertaruhkan harapan mereka pada presiden terpilih Franklin Delano Roosevelt yang akan memimpin negaranya ke arah perbaikan.

Dua minggu menjelang pelantikannya, Roosevelt menghadiri suatu pertemuan di antara pohon-pohon palma yang diterangi lampu sorot di Biscayne Bay, Miami, pada malam tanggal 15 Februari 1933.

(Baca juga: Franklin Roosevelt, Meski Lumpuh dan Berkursi Roda Empat Kali Terpilih Jadi Presiden AS serta Penentu Kemenangan PD II)

(Baca juga: Mengingat-ingat Awal Perang Dunia II: Ketika Roosevelt Memancing Jepang Menyerang)

Ia baru selesai mengucapkan pidato singkat, ketika Guiseppe Zangara, seorang tukang batu luntang-lantung yang penuh dendam menembakinya dengan revolver.

Zangara menembak lima kali. Lima orang pria dan wanita di dekat Roosevelt terkena, tetapi presiden terpilih itu selamat.

Salah seorang korban ialah walikota Anton J. Cermak yang kemudian meninggal.

Andaikan Roosevelt meninggal dalam peristiwa itu, akan sukar bagi kita untuk membayangkan jalannya sejarah dunia dalam pertengahan abad ke-20 itu.

"Seorang presiden harus bisa menduga hal-hal seperti itu", kata-pengganti Roosevelt, Harry S. Truman. Dia dapat mengatakan ini karena telah mengalaminya sendiri.

la sedang beristirahat di Blair House pada tanggal 1 November 1950, ketika ia tiba-tiba dikejutkan oleh suara tembakan di luar.