Find Us On Social Media :

Belajar dari Saddam Hussein dan Muammar Gaddafi, Kim Jong Un Genjot Program Nuklir di Tahun 2018

By Ade Sulaeman, Selasa, 2 Januari 2018 | 12:15 WIB

Intisari-Online.com - Memasuki tahun 2018 keinginan Korut untuk meningkatkan program nuklirnya dan menggempur daratan AS bukannya mengendor tapi malah makin menggebu.

Setelah pada akhir November 2017, Korut sukses melakukan uji coba peluncuran rudal balistik Hwasong-15, Korut memang mengklaim bahwa rudalnya bisa mencapai semua daratan AS kapan saja dengan membawa hulu ledak nuklir ‘’yang sangat berat’’.

Meskipun para pengamat militer dunia meragukan ‘’keberanian’’ Korut untuk menyerang daratan AS menggunakan rudal nuklir, jika diserang oleh AS, Korut memang sangat membutuhkan senjata nuklir.

Soal kepemilikan senjata nuklir bagi pemimpin Korut Kim Jong Un demi melanggengkan kekuasaannya memang merupakan kaharusan.

(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)

Kim Jong Un sudah belajar bahwa seorang pemimpin negara yang berusaha memiliki senjata nuklir tapi usahanya hanya setengah-setengah justru akan dibunuh dan kekuasaannya akan ditumbangkan oleh AS.

Contoh sudah membuktikan bahwa terbunuhnya pemimpin Irak, Saddam Hussein dan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi oleh militer AS karena kedua pemimpin yang semula sangat berkuasa di negaranya itu telah gagal mewujudkan program senjata nuklirnya.

AS memang cenderung tidak melakukan tindakan yang gegabah terhadap negara-negara yang sudah memiliki senjata nuklir tapi berusaha keras menghancurkan negara yang sedang berusaha memiliki persenjataan nuklir.

Kim Jong Un yang menyadari bahwa kepemilikan persenjataan nuklir Korut merupakan satu-satunya cara untuk tetap berkuasa dan sekaligus ‘’ditakuti’’ AS tidak punya pilihan lain kecuali terus menerus mengancam AS agar tidak mengalami nasib seperti Libya dan Irak.

Kim Jong Un sebenarnya juga menyadari jika militer Korut bukan merupakan tandingan militer AS dan sekutunya.

Pasalnya jika pecah peperangan Korut pasti akan kalah. Oleh karena itu para pengamat militer dunia bisa mempredeksi bahwa Korut tidak akan menyerang AS duluan.

Tapi menunggu serangan dari AS sehingga Korut memiliki legitimasi untuk melakukan serangan bela diri menggunakan senjata nuklirnya.