Advertorial

Rudal Ternyata Mengenal Kasta Dan Rudal Korut Termasuk Kasta Tertinggi

Ade Sulaeman

Editor

Tidak hanya manusia, rudal ternyata mengenal kasta khususnya rudal balistik.
Tidak hanya manusia, rudal ternyata mengenal kasta khususnya rudal balistik.

Intisari-Online.com - Tidak hanya manusia, rudal ternyata mengenal kasta khususnya rudal balistik.

Menurut kriteria yang dilansir oleh militer AS, dari segi jarak jangkau senjata ini terbagi menjadi empat jenis.

Pertama, dimulai dari rudal balistik antarbenua atau lazim disebut ICBM (Intercontinental Ballistic Missile).

Senjata ini memiliki kemampuan menghantam target pada jarak jauh lebih dari 5.500 kilometer.

(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)

Maka jika dijeniskan rudal balistik milik Korut Hwasong -14 dan Hwasong-15 yang memiliki jarak lebih dari 5000 km termasuk kasta yang pertama.

Jenis rudal kedua adalah Intermediate Range Ballistic Missile (IRBM).

Jarak jangkau rudal jenis ini adalah kemampuan bereaksi pada jarak tembak dari 3.000-5.500 kilometer.

Di bawah IRBM, masih ada lagi jenis rudal MRBM (Medium Range Ballistic Missile) yang memiliki jarak tembak antara 1.000 hingga 3.000 kilometer.

Nomor keempat dikenal sebagai jenis rudal kelas paling mungil dalam kriteria rudal balistik adalah SRBM (Short Range Ballistic Missile).

Jarak jangkau rudal jenis SRBM ini berada di bawah 1.000 kilometer.

Tapi dalam perkembangan terkini para pakar militer cenderung mengklasifikasikan rudal MRBM dan SRBM sebagai Theater Ballistic Missile (TBM).

Berdasarkan kriteria empat jenis rudal itu, bisa dipastikan rudal-rudal tersbut ditempatkan di darat.

(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)

Baik lokasi penempatan rudal itu berada di Silo maupun rudal yang ditempatkan pada kendaraan pengangkut (transporter).

Namun jika sudah dikombinasi dengan wahana pengusung lain seperti jet tempur pengebom antarbenua, kapal perang atau kapal selam.

Maka penempatan rudal di darat yang cenderung statis itu sudah ketinggaln jauh dari sisi strategi militer.

Pasalnya wahana angkut rudal melalui udara dan laut bisa menghemat jarak tempuh rudal.

Keuntungan lain, desain rudal bisa dibuat lebih ringkas. Sebagai contoh adalah rudal jelajah kapal selam (SLBM) generasi awal.

Misalnya rudal Regulus 1 yang berukuran lebih kecil ketimbang jet tempur F-86 Sabre yang kemampuan jelajah terbangnya hanya mencapai 400 mil (sekitar 640 kilometer).

Namun lantaran bisa diusung oleh kapal selam seperti USS Tunny (SSG-282) maka jarak jangkaunya bisa lebih jauh.

Pasalnya melalui operasi kapal selam, rudal-rudal bisa dibawa mendekat ke pantai pasukan musuh sebelum akhirnya kapal selam pembawa rudal melontarkan rudal-rudalnya.

Sudah banyak negara yang memiliki kapal-kapal pembawa rudal dan mampu menembakkannya dari dalam laut seperti ketika Rusia menghajar target ISIS di Suriah dari kapal selam yang sedang berlayar di Laut Hitam.

Kapal-kapal selam AS juga pernah menembakkan rudal-rudal Tomahawk ketika menggempur Irak pada tahun 2002.

Korut juga mengklaim kapal-kapal selamnya bisa menembakkan rudal berhulu ledak nuklir dan kapan saja siap menyusup ke Laut Pasifik guna menggempur AS.

(Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)

Artikel Terkait