Find Us On Social Media :

Sering Ditolak, Sebenarnya Seperti Apakah Cara Pemulasaran Jenazah Pengidap HIV/AIDS?

By Ade Sulaeman, Selasa, 2 Januari 2018 | 10:15 WIB

Intisari-Online.com - Kasus penolakan terhadap jenazah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih sering terjadi di masyarakat.

Minimnya pengetahuan masyarakat tentang HIV AIDS membuat mereka tidak berani melakukan proses pemulasaran jenazah ODHA karena khawatir tertular penyakit tersebut.

Menurut Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Semarang, Puguh Pakuwojo, penolakan masyarakat sebenarnya terjadi karena kurangnya pengetahuan saja.

"Sebenarnya jenazah ODHA jika didiamkan selama empat jam itu virusnya sudah mati. Memang ada potensi penularan, tapi itu dari penyakit infeksiusnya bukan HIV AIDS-nya," katanya di Semarang, Kamis (2/7/2015).

(Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)

Guna membekali pengetahuan mengenai pemulasaran jenazah ODHA kepada masyarakat umum, KPA Kabupaten Semarang di Gedung D Setda Kabupaten Semarang menggelar Pelatihan atau Simulasi Pemulasaran Jenazah ODHA bagi tenaga medis Puskesmas yang mempunyai fasilitas VCT (Voluntary Counceling Test), rumah sakit, pegiat HIV AIDS, serta Modin (penghulu agama ditingkat desa/kelurahan).

Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Tim Care Suport and Treatment Unit Pemulasaran Jenazah RSUP Dr.Karyadi Semarang.

"Kegiatan ini bertujuan agar bisa dirumuskan prosedur operasional standar (SOP) pemulasaran jenazah ODHA dan penderita infeksius yang lebih simple. Dulu sudah ada SOPnya, tapi memakai standart rumah sakit. Pakaian standarnya seperti astronot itu, sehingga memberatkan masyarakat," jelas Puguh.

Menurut Divisi Program KPA Kabupaten Semarang Taufik Kurniawan, penanganan jenazah ODHA saat ini tidak lagi menggunakan SOP Rumah Sakit, akan tetapi sudah disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.

Prinsip dari penanganan jenazah ODHA ini lebih menitikberatkan pada terpenuhinya alat pelindung diri tenaga pemulasaran jenazah.

"Prinsipnya penanganan jenazah ODHA sama dengan jenazah penderita infeksius lainnya, hanya lebih menitikberatkan pada alat pelindung diri," ungkap Taufiq.

Alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan dalam pemulasaraan jenazah ODHA ini sangat mudah didapatkan di pasaran dan terjangkau dari segi harga.