Advertorial
Intisari-Online.com -Jika sebagian besar orang menganggap HIV sebagai teror yang siap membunuh kapan saja, maka tidak dengan ibu rumah tangga asal Bengkulu ini.
“Saya anggap HIV di tubuh saya adalah anugerah,” begitu aku Vt (32), seorang ibu rumah tangga dengan dua anak dan satu suami yang terinveksi HIV (ODHA).
Vt berani tampil di publik dengan membuka dirinya sebagai ODHA.
Kepada Kompas.com, Sabtu (2/12), Vt bersedia menceritakan kisah hidupnya hingga divonis terinveksi HIV.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Vt bercerita, sebelum menikah dengan suami keduanya, ia menikah dengan seorang pria pada 2006, namun bercerai pada 2010.
Pernikahan dengan suami pertamanya itu, Vt tidak mendapatkan anak. Selanjutnya pada 2013, mantan suaminya sakit dan diketahui positif terpapar HIV.
Sementara pada 2011, Vt telah menikah dengan pria lain dan memiliki dua orang anak hingga saat ini.
“Saya dihubungi mantan suami untuk melakukan tes HIV/AIDS. Saat itu saya sangat khawatir dan berusaha siap menerima kenyataan bahwa saya juga terkena HIV, sebelum melakukan tes,” ujarnya.
Langit terasa runtuh saat mengetahui hasil tes bahwa ia positif HIV.
Vt khawatir dua anak dan suaminya saat ini juga terpapar HIV. Rupanya, hasilnya negatif.
“Test juga dilakukan terhadap dua anak dan suami. Saya merasa lega saat orang-orang yang saya cintai itu tidak terkena HIV/AIDS,” katanya.
Ia merasa bersyukur saat suami, anak dan keluarga besarnya menerima keberadaannya saat ini.
(Baca juga:Orang Desa di China Ini Ditetapkan Jadi Miliarder Baru Setelah Tak Sengaja Menemukan Batu Empedu Babi)
(Baca juga:Banyak yang Bertanya, Mengapa Perempuan Bisa Selingkuh? Berikut 4 Alasannya)
Vt mengisahkan, saat dirinya seperti patah arang divonis HIV, ia berkenalan dengan Yayasan Kantong Informasi Pemberdayaan Kesehatan Adiksi (KIPAS).
Ia kemudian diberikan bimbingan, motivasi untuk berjuang menjalani hidup dengan didampingi Yayasan Kipas.
“Saya bersedia menjalani sejumlah penilaian (asessment) serta mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) secara disiplin,” jelasnya.
Selama empat tahun, Vt mengonsumsi ARV hingga virus di tubuhnya melemah dan tidak menular pada anak dan suami.
HIV itu kini jadi anugerah baginya
Menjadi ODHA justru membuat Vt aktif dalam gerakan sosial membantu rekannya sesama ODHA.
Bersama Yayasan Kipas, ia menangani ratusan ODHA lainnya.
“Saya anggap HIV di tubuh saya adalah anugerah. Saya bisa melakukan pekerjaan sosial mendampingi ODHA lainnya di Bengkulu. Asal mereka disiplin mengonsumsi ARV, pola hidup sehat, optimistis, maka kita akan sehat saja,” ujar dia.
Jika dulu dia adalah penerima layanan, maka sekarang dia yang memberikan layanan. Dia mengaku sangat menikmati pekerjaan ini.
Dia mengimbau masyarakat untuk tidak memberikan stigma buruk pada ODHA karena ODHA butuh perhatian dan dukungan terutama dari keluarga dan lingkungan.
“Jauhi virusnya, dekati orangnya, Jika kita berani maka kita sehat,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Yayasan Kipas Merly Yuanda berharap agar pemerintah meningkatkan layanan kesehatan terhadap ODHA dan tetap memberikan ARV secara gratis.
“Pemerintah diharapkan membuat regulasi hingga tingkat daerah agar ODHA tetap mendapatkan pelayanan maksimal. Terhadap masyarakat, lakukan deteksi dini HIV/AIDS sebelum terlambat,” tukasnya.
(Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.com dengan judul ""Saya Anggap HIV di Tubuh Saya adalah Anugerah")