Find Us On Social Media :

Dari Fidelis hingga Pengakuan Penghayat Kepercayaan: Inilah 5 Isu HAM yang Menuai Kontroversi di Indonesia Selama 2017

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 15 Desember 2017 | 10:45 WIB

Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa status penghayat kepercayaan dapat dicantumkam dalam kolom agama di kartu keluarga dan kartu tanda penduduk elektronik tanpa perlu merinci aliran kepercayaan yang dianut.

Pengesahan MK ini diputuskan Ketua MK Arief Hidayat, di Gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Selasa (7/11/2017).

Selama ini, para penghayat kepercayaan, seperti Sunda Wiwitan, Batak Parmalim, dan Sapto Darmo, mengalami diskriminasi dalam mengakses layanan publik karena kolom agama dalam KK dan KTP mereka dikosongkan.

Sekarang mereka memiliki hak yang sejajar dengan penganut Agama resmi negara lainnya.

Baca Juga: 

5. Desember: LGBT Bukan Kriminalitas

Pengajuan kriminalisasi lesbian, gay, biseksual, dan transgender serta hubungan di luar nikah ditolak oleh Mahkamah Konstitusi.

Putusan MK pada kamis 14/12/2017 oleh LBH Masyarakat dianggap menjaga hak atas privasi warga negaranya, tidak menambah overpopulasi penjara, mencegah terjadinya persekusi terhadap kelompok minoritas gender dan perempuan, menjauhkan regulasi yang memungkinkan mundurnya kesuksesan intervensi HIV, serta menjaga keberadaan pasal yang melindung anak-anak dari hubungan seksual yang terjadi karena relasi kuasa dari orang yang lebih dewasa secara usia.