Penulis
Intisari-Online.com - 100 ekonom berkumpul untuk satu suara soal perekonomian Indonesia.
Para ekonom tersebut memberi warning kepada pemerintah atas ekonomi di tahun politik.
Dalam pertemuan itu, para ekonom berharap pemangku kepentingan semakin berhati-hati dalam membuat keputusan ekonomi.
Sebab, ekonomi Indonesia belum tumbuh optimal.
(Baca juga: Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal ketiga baru tumbuh sekitar 5,03%.
Padahal, pemerintah mematok target yang cukup tinggi, yakni 5,2% dalam APBNP 2017.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati yang membuka acara tersebut menyatakan, ekonomi Indonesia belum tumbuh sesuai potensinya.
Sementara, kompetisi antar negara semakin sengit.
“Tahun politik harus jadi momentum memacu perekonomian kita. Kami ingatkan ancaman ekonomi di tahun politik. Bukan bermaksud beri pesimisme atau sinyal negatif terhadap pertumbuhan ekonomi kita, tetapi mengingatkan,” ujarnya di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (12/12).
Sebenarnya ini warning dari teman-teman ekonom bahwa ancaman ekonomi di tahun politik agar politik dan permainan politik itu jangan kasar, jangan merusak sistem.
Karena politik itu seperti roller coaster, naik turun. Kalau main politiknya akrobatik, tidak beres, ekonomi akan jatuh juga.
Termasuk di dalam 100 ekonom tersebut, Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menyatakan bahwa ekonomi tahun depan ada potensi pemerintahan daerah dan pusat kurang efektif.
(Baca juga: ‘Jangan Pilih Lagi Anggota Pansus Hak Angket saat Pemilu 2019’)
Meskipun konsumsi membaik ekspor bisa jadi andalan.
“Tetapi menurut kami belum cukup kuat mengangkat di atas 5,2% karena ada potensi tahun depan pemerintahan daerah dan pusat kurang efektif karena akan ada pilkada dan pileg, juga menjelang pilpres. Investasi juga cenderung wait and see,” ucapnya.
Oleh karena itu, Lana memproyeksi, tahun depan ekonomi domestik tidak akan melompat tinggi.
Dari proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini yang ia perkirakan sebesar 5,1%, ekonomi tahun depan hanya bisa bertumbuh sebesar 5,15%.
Ekonom Senior Indef Didik J Rachbini menyatakan, 100 ekonom ini ingin berkumpul demi menyuarakan pada pemerintah bahwa permainan politik jangan sampai berpengaruh pada perekonomian.
Sebab, kalau permainan politik tidak beres, ekonomi akan jatuh juga.
“Sebenarnya ini warning dari teman-teman ekonom bahwa ancaman ekonomi di tahun politik agar politik dan permainan politik itu jangan kasar, jangan merusak sistem. Karena politik itu seperti roller coaster, naik turun. Kalau main politiknya akrobatik, tidak beres, ekonomi akan jatuh juga,” jelasnya.
Ia pun memberi contoh Pilkada DKI Jakarta yang lalu.
(Baca juga: Pengamat Ekonomi UI: Dua Tahun Ini Kebijakan Ekonomi Indonesia Dijalankan secara Ugal-ugalan)
Menurut Didik, suhu politik seperti itu adalah pengalaman buruk dan tidak boleh terulang kembali meskipun tetap terkendali dan pengaruhnya kepada ekonomi tidak fatal.
“Sebaiknya kita lebih bagus lebih terkendali, tidak boleh negara ikut main. Orang-orang yang tidak jelas ikut main. Pokoknya itu pengalaman yang buruk sebaiknya tidak terulang kembali,” katanya.
Tahun depan, ia optimistis akan terjadi peningkatan konsumsi apabila pemerintah melakukan spending baik, terutama di golongan masyarakat bawah dan digelontorkan ke sektor produktif.
Konsumsi tahun ini, bagaimana pun menurut Didik belum bagus.
Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan perencanaan yang baik.
“Kita pernah tumbuh konsumsinya 6,5%. Sekarang masih di bawah pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
(Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2016 Tertinggi Dibanding Dua Tahun Terakhir)
(Ghina Ghaliya Quddus)
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul “100 ekonom beri warning ke pemerintah”