Find Us On Social Media :

Desa Dargans, Sebuah Desa Misterius di Rusia yang Dijuluki ‘Desa Orang Mati’

By Mentari DP, Rabu, 6 Desember 2017 | 07:00 WIB

Intisari-Online.com – Di Rusia, terdapat salah satu tempat yang disebut ‘kota orang mati’.

Namanya adalah desa Dargavs.

Desa Dargavs terletak di Ossetia Utara di Rusia selatan. Butuh waktu tiga jam melalui jalan yang berbahaya dan berkelok-kelok untuk sampai ke sini.

Sebab lokasinya berada di tengah lembah gunung yang membentang sepanjang 17 kilometer dan berada di ketinggian 4.000 meter.

(Baca juga: Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

Mengapa disebut ‘kota orang mati’?

Sebenarnya, kota ini adalah sebuah pemakaman kuno yang penuh.

Kota ini mulai dihuni orang pada awal abad ke-14 Masehi. Saat itu, nenek moyang Ossetia mendirikan rumah-rumah kecil di atas bukit berumput karena harga tanah sangat mahal.

Seiring waktu, warga setempat mengubur orang-orang yang mereka sayangi di dalam rumah selama ratusan tahun.

Mayat akan dikubur bersama dengan pakaian dan barang-barang lainnya.

Tidak heran, semakin tinggi rumahnya, semakin besar jumlah orang yang dikubur di dalamnya.

(Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)

Ada banyak mitos

Karena disebut ‘kota orang mati’ tidak heran banyak mitos yang tersebar tentang desa Dargavs.

Salah satunya ditemukan mayat-mayat di dalam kriptografi yang meyerupai perahu (karena ditemukan dayung di sampingnya).

Satu penjelasan mengenai mitos itu adalah diyakini jiwa yang telah meninggal harus menyebrangi sungai untuk sampai ke surga.

Atau mitos lain yang mengatakan bahwa setiap pria yang berani masuk ke desa ini tidak akan pernah keluar dalam keadaan hidup.

Mitos inilah yang menjadi alasan mengapa hampir tidak pernah ada orang yang mau mengunjungi desa Dargavs.

Walau ada banyak mitos, banyak sejarawan yang percaya bahwa wabah besar yang melanda desa inilah yang menyebabkan kota ini ditinggalkan.

Para sejarawan mengatakan sekitar abad ke-16 dan 18 Masehi, desa ini dilanda wabah dan populasi warga berkurang jauh.

Dari 200.000 orang pada akhir abad ke-18 menjadi 16.000 orang pada pertengahan abad ke-19.

Oleh karena itu, agar tidak menginfeksi tetangga mereka, warga yang sakit dan seluruh keluarga mereka masuk ke dalam rumah mereka. Lalu tidak pernah ke luar lagi.

Mereka bertahan dengan sedikit makanan yang diberi penduduk lainnya dan ketika mereka meninggal, mayat mereka dibiarkan membusuk di dalam rumah.

Beranikah Anda berkunjung ke desa ini?

(Baca juga: Dari Rumah Meleleh Sampai Rumah Terbalik, Inilah 5 Desain Rumah yang Anti-Mainstream)