Find Us On Social Media :

Hadi Tjahjanto Berada dalam ‘Pulung’ dan Kondisi Politik yang Tepat untuk Menjadi Panglima TNI

By Ade Sulaeman, Selasa, 5 Desember 2017 | 14:30 WIB

Dari jabatan sebagai Walikota Solo, Gubernur DKI, dan Presiden RI yang ‘’melompat terlalu cepat’’ sebenarnya membuat Jokowi kurang memiliki waktu untuk mengenali pejabat tinggi TNI yang akan menjadi mitra kerja sekaligus anak buahnya.

(Baca juga: Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

Tapi Jokowi masih ingat siapa itu Hadi Tjahjanto dan tentu saja prestasi kerjanya.

Maka tidak mengherankan jika kemudian Hadi Tjahjanto ditarik oleh Jokowi ke lingkaran istana untuk menjabat sebagai Sekretaris Militer Presiden (2015-2016).

Penarikan Hadi Tjahjanto ke lingkaran istana dengan pangkat Jenderal Bintang 2 (Masekal Muda) secara alami telah membuatnya mendapatkan pulung sekaligus restu secara politik dari Presiden.

Maka tidak mengherankan pula berdasar kinerja dan loyalitasnya, ketika berpangkat Marsekal (Bintang 4), Hadi Tjahjanto kemudian dipercaya menjabat sebagai Kasau (Kepala Staf Angkatan Udara).

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

Jika dibandingkan dengan zaman Orde Baru sebenarnya apa yang sedang dialami oleh Marsekal Hadi Tjahjanto tidak jauh berbeda karena sudah mendapatkan keduanya, yakni pulung dan kondisi politik yang tepat dengannya.

Kultur TNI adalah siapapun perwira mulai dari pangkat Kolonel dan Jenderal jika sudah berada di lingkaran istana masa depannya memang akan sangat cerah demikian pula kenaikan pangkatnya.

Apalagi keberutungan seorang perwira TNI bisa masuk ke lingkaran istana atau RI I betul-betul karena pulung dan perkembangan politik yang sebenarnya tidak pernah direncanakan atau bahkan dipikirkannya.

Ketika Jokowi masih menjabat Walikota Solo tidak ada seorang pun yang menduga, dia akan menjadi Presiden RI.

Bahkan Jokowi sendiri mungkin juga sama sekali tidak menduga jika dirinya bisa menjadi Presiden RI ke-7.

Hadi Tjahjanto sendiri ketika menjabat sebagai Danlanud Adisumarno mungkin tidak berpikir dirinya bisa menjadi Kasau atau Panglima TNI karena itu ‘’hanya Tuhan tahu’’.

Tapi yang jelas pertemuan antara Jokowi dan Hadi Tjahjanto saat sama-sama menjadi pejabat teras di Solo ternyata menentukan arah perkembangan dan tegaknya NKRI ini.

Keduanya telah terbukti sebagai magnet yang saling bersinergi.

Pasalnya pulung dan kondisi politik yang sebenarnya merupakan kehendak Tuhan itu akan bisa dimanfaatkan oleh Marsekal Hadi Tjahjanto dan Presiden Jokowi secara optimal demi masa depan NKRI yang lebih baik.

Oleh Agustinus Winardi, pengamat militer di Bogor.