Find Us On Social Media :

Sorge, Mata-mata Uni Soviet Tanpa Tandingan Namun Hidupnya Harus Berakhir di Tiang Gantungan

By Ade Sulaeman, Jumat, 1 Desember 2017 | 13:30 WIB

Tatkala militerisme di Jepang semakin mengeras dan ketegangan tambah terasa, Comitern menugaskannya ke Tokyo sebagai koresponden untuk pers Jerman.

(Baca juga: Wilhem Mohnke, Jenderal SS Nazi Yang Hobi Membantai Orang dan Paling Tidak Disukai Anak Buahnya)

Karena Dr Sorge dikenal sebagai wartawan Jerman yang cerdas dan paham betul persoalan politik, Dubes Jerman di Tokyo Jenderal Eugen Ort menariknya sebagai penasihat politiknya.

Dengan demikian aksesnya di Kedubes Jerman pun semakin leluasa, benar-benar seperti tikus di lumbung padi.

Dalam posisinya yang begitu bagus, Sorge dapat memperoleh, mengolah, dan mengirimkan berbagai informasi penting ke Moskow tanpa pernah dicurigai, apalagi diketahui baik oleh pihak Jerman maupun Jepang.

Pada 12 Mei 1941, ia melaporkan ke Moskow bahwa Jerman merencanakan menyerbu Uni Soviet pada 20 Juni 1941 dengan kekuatan 170 divisi.

Mereka akan menyerang dari semua lini perbatasan. Namun Stalin yang masih mempercayai pakta nonagresi-nya dengan Hitler, mengabaikan informasi strategis dari Sorge tersebut.

Padahal Jerman Nazi waktu itu sedang menyiapkan Operasi Barbarossa untuk mengeliminasi Soviet sekaligus.

Benar saja, walaupun selisih dua hari dengan yang diinformasikan Sorge, operasi besar militer Jerman itu benar-benar dilancarkan pada 22 Juni di tengah musim panas.

Dengan cepat tentara Merah tergulung dan Jerman leluasa merebut wilayah yang amat luas, bahkan mendekati ibukota Moskow.