Find Us On Social Media :

Sorge, Mata-mata Uni Soviet Tanpa Tandingan Namun Hidupnya Harus Berakhir di Tiang Gantungan

By Ade Sulaeman, Jumat, 1 Desember 2017 | 13:30 WIB

Richard Sorge

Intisari-Online.com - Selama PD II, mungkin tidak ada mata-mata dari pihak mana pun yang dapat menandingi Dr Richard Sorge dalam memperoleh informasi amat strategis yang menentukan jalannya peperangan.

Berkat jasanya Uni Soviet (Rusia) mampu mengerahkan segala dayanya untuk menghadapi Nazi Jerman, tanpa harus was-was bahwa pintu belakangnya akan diserbu musuh lain, yakni Jepang.

Jika sampai Stalin menghadapi dua front, muka dan belakang sekaligus, tipis kemungkinan ia dapat membendung invasi Jerman yang kala itu sudah sampai di depan Moskow.

Richard Sorge dilahirka di Baku (sekarang Azerbaijan) pada 4 Oktober 1895.

(Baca juga: Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

Sejak muda ia telah pergi ke Jerman, dan masuk tentara Jerman dalam PD I.

Seusai perang, ia meneruskan pendidikannya dan meraih gelar doktor dalam ilmu politik di Universitas Hamburg.

Sorge yang tertarik dengan gerakan komunisme kemudian bergabung dengan Partai Komunis Jerman tahun 1919.

Pada 1924 ia pergi ke Moskow. Mlihat kemampuannya, oleh Organisasi Komunis Internasional (Comitern) lalu dikirim ke China untuk menyusun jejaring mata-mata di sana.

Selama di China, Sorge berhasil menanamkan kesan kuat sebagai seorang Jerman yang loyal.

Bahkan ia masuk Partai Nazi pada 1933,tanpa ada yang pernah mengetahui ia sesungguhnya adalah seorang Comitern.