Find Us On Social Media :

Hannibal Barca, Panglima Perang Pasukan Gajah yang Memilih Bunuh Diri Daripada Menyerah

By Ade Sulaeman, Jumat, 1 Desember 2017 | 13:00 WIB

Intisari-Online.com - Meski hidupnya berakhir sangat tragis, Hannibal telah membuktikan ketangguhannya sebagai panglima perang.

Baginya tak ada benteng yang terlalu kokoh untuk ditembus. Bahkan Pegunungan Alpen yang menjadi benteng alam andalan Italia berhasil ditembus Hannibal dan pasukannya.

Sebagai tokoh kepahlawanan panglima perang, dan memiliki strategi tempur, Hannibal Barca sangat populer dalam bingkai sejarah Sebelum Masehi (SM).

(Baca juga: Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

Ia merupakan panglima perang asal Kartago yang sanggup menghimpun kekuatan dan memukul mundur pasukan militer yang sangat kuat pada masa itu, Kaisar Romawi.

Pengunungan Alpen yang hingga saat ini merupakan benteng alam bagi Italia bahkan berhasil ditembus oleh pasukan Infantri dan kavaleri Hannibal yang terdiri dari satuan berkuda dan gajah. Strategi Hannibal itu kemudian menjadi acuan para jenderal ketika PD II berkecamuk.

Di masa modern, berdasar pengalaman spektakuler pasukan Hannibal menembus Alpen, Italia sampai harus membentuk pasukan penjaga gunung yang tangguh (Alpen Troop).

Hannibbal lahir tahun 247 SM di Kartago (Tunisia) yang kala itu merupakan daerah jajahan Romawi. Ayah Hannibal merupakan pejabat militer berpangkat jenderal, yakni Hamiclar Barca dan dipercaya untuk mengontrol salah satu wilayah di Kartago, Iberia.

Diam-diam Hamiclar mengkader Hannibal menjadi seorang penggantinya yang tangguh dan kelak mengusir pasukan Romawi dari wilayah Iberia. Tahun 221, ambisi Hamiclar yang telah almarhum terkabul, Hannibal terpilih sebagai pemimpin sekaligus komandan militer di Iberia.

(Baca juga: Hutomo ‘Tommy’ Mandala, Lahir saat Soeharto Jadi Panglima Mandala dalam Operasi Pembebasan Irian Barat)

Hannibal lalu membagun kekuatan militer dan tak lama kemudian pasukannya berhasil mengusir prajurit Roma dari Iberia. Tak hanya itu, pasukan Hannibal yang ternyata sangat kuat bahkan mulai melancarkan aksi perebutan wilayah jajahan Romawi.

Dibantu saudaranya, Hasrubal, pasukan Hannibal terus bergerak hingga memasuki wilayah Romawi, Sicilia. Melihat kemajuan pesat pasukan Hannibal, Kekaisaran Romawi lalu menurunkan pasukan dalam jumlah besar untuk merebut kembali Sicilia.

Pengiriman pasukan itu rupanya telah ditunggu Hannibal. Sebelum pasukan Romawi sampai ke Sicilia, diam-diam Hannibal menggerakkan pasukannya untuk melakukan gerakan melingkar dan menghindar.

Hannibal sengaja tidak membenturkan kekuatan pasukannya dengan pasukan Romawi yang memiliki kekuatan lebih besar. Ia sengaja membiarkan sebanyak mungkin pasukan Romawi meninggalkan pusat kota dan ketika dalam keadaan kurang siap, pasukan Hannibal akan menyerbu masuk ke pusat kekuasaan Romawi.

Setelah mengetahui pasukan Romawi bergerak makin jauh, Hannibal membawa pasukannya mengambil jalan pintas. Ia menggiring pasukannya menyeberangi sungai Pyrenees dan Rhone yang luas.

Kekuatannya yang terdiri dari 50.000 prajurit infanteri, 9.000 kavaleri, dan 37 gajah sukses menyeberangi dua sungai dengan menggunakan rakit-rakit khusus. Ketika musim gugur tiba, Hannibal segera membawa pasukannya melintasi Pegunungan Alpen yang bermedan berat dan berhasil.

Gerak maju pasukan Hannibal yang mendekati pusat kota Roma makin tak terbendung. Kota Roma bahkan berhasil dikepung oleh pasukan Hannibal.

Untuk mengalahkan Roma, Hannibal tak hanya mengerahkan pasukan militer tapi juga melakukan pendekatan diplomatik. Akan tetapi para konsul Roma yang marah tak mau menyerah.

BACA JUGA: Dulu Dicampakkan, Kini Buah Ceplukan yang Pernah Menjadi Penyelamat Prajurit Romawi Itu Harganya Selangit

Berkat pengalaman bertempur dan masih tersedianya puluhan ribu prajurit, mereka akhirnya berhasil menghimpun kekuatan. Atas peran dua konsul, dalam waktu singkat Roma berhasil menghimpun pasukan berkekuatan 80.000 orang.

Pasukan yang bertugas mempertahankan kota Roma itu kemudian dikerahkan untuk menghantam kepungan pasukan Hannibal yang hanya berkekuatan 50.000 orang.

Setelah terjadi pertempuran sengit, pasukan Hannibal akhirnya berhasil dipukul mundur. Hanibal yang kemudian melancarkan beragam strategi tempur seperti taktik perang gerilya ternyata tak mampu membendung gerak laju pasukan Romawi.

Pasukan Hannibal terus terdesak ke Selatan dan makin mendekati Kartago. Dalam pertempuran besar yang berlangsung di Zama, pasukan Hannibal akhirnya benar-benar dikalahkan prajurit Roma.

Kartago pun kembali dikuasai Kekaisara Romawi. Senat Kartago lalu meminta Hannibal untuk menyerahkan diri kepada pasukan Roma. Tapi permintaan itu ditolak Hannibal. Panglima perang besar itu memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.  

BACA JUGA: Bernard Law Montgomery, Penyelamat Pasukan Inggris di Dunkrik Sekaligus Mesin Penggulung Pasukan Nazi