Find Us On Social Media :

Membandingkan Robert Mugabe dengan Diktator-diktator Lainnya dalam Sejarah Modern

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 24 November 2017 | 18:30 WIB

Intisari-Online.com - Penduduk Zimbabwe bersuka ria. Mereka bersorak di jalan-jalan, merayakan tumbangnya pemerintahan Robert Mugabe yang penuh teror.

Selama empat dasawarsa, penduduk Zimbabwe mengalami penindasan yang brutal. Ribuan warga sipil terbunuh dalam aksi militer untuk menumpas pemberontakan.

Kebijakan landreform-nya yang menyerang peternakan kulit putih dan masyarakat Inggris diiringi dengan kekerasan, pemerkosaan, dan pembunuhan.

(Baca juga: Setelah Bekuasa Selama 37 Tahun, Mugabe Akhirnya Mundur Sebagai Presiden Zimbabwe)

(Baca juga: Kim Jong-Un dan Joseph Stalin, Dua Diktator yang Sama-sama Tak Ragu Bantai Keluarganya Sendiri)

Di masa pemerintahan Mogabe, pengangguran naik 90 persen dan hiperinflasi membuat Zimbabwe berhenti mencetak uang pada 2009 lalu.

Pada 2015 negara tersebut beralih menggunakan dolar AS.

Pada akhirnya, Mugabe mengingatkan kita pada diktator-diktator terdahulu yang melanggengkan kekuasannya dengan kekajaman dan teror-teror.

Adolf Hitler

Sebagai diktator paling terkenal dalam sejarah, pemimpin Jerman Nazi, Adolf Hitler, bertanggung jawab atas kebengisan Perang Dunia II dan kengerian Holocaust.

Ia hampir seorang diri membawa dunia dalam kehancuran dan menyebabkan penderitaan yang tak terperi.

Perkiraan terakhir, antara 15 sampai 20 juta orang meninggal atau dipenjarakan selama Holocaust, di lokasi-lokasi yang telah diidentifikasi selama ini.

Statistik kematian pada Perang Dunia II memang beravariasi, dengan perkiraan jumlah kematian antara 50 juta – 80 juta kematian lebih.

Angka itu, paling besar disebabkan oleh penyakit akibat peperangan dan kelaparan.

Warga sipil yang tewas berjumlah 50 – 55 juta orang, termasuk 19 – 28 juta akibat penyakit terkait perang dan kelaparan.

Pada 1935, Hitler memperkenalkan undang-undang yang melarang warga Yahudi memiliki kewarganegaraan dan menikah atau berhubungan hubungan seksual dengan orang-orang “Jerman atau ras terkait.

(Baca juga: Meski Mengaku Penggemar Berat, Joseph Stalin Sangat Ingin Membunuh Bintang Film Legendaris AS Ini)

Hitler dan tentaranya Nazi-nya menyerang Austria dan Polandia pada 1939—yang menyebabkan Inggris mengumumkan peperangan.

Pada 1945 ia meninggal setelah minum racun sianida sebelum menembak kepalanya sendiri.

Josef Stalin

Stalin artinya “Manusia Besi” dan ia hidup sesuai dengan namanya itu.

Ia membantu mengalahkan Nazisme dan merupakan penguasa tertinggi Uni Soviet selama seperempat abad.

Tapi rezim terornya menyebabkan kematian dan penderitaan puluhan juta orang. Pemerintahannya ditandai dengan kelaparan dan represi politik.

Siapa pun yang dianggap musuh pasti tewas dan banyak yang dieksekusi tanpa diadili.

Stalin meninggal karena stroke setelah semalaman mabuk berat pada 5 Maret 1953.

Mao Zedong

Pendiri Republik Rakyat China Mao Zedong adalah seorang diktator komunis yang membunuh siapa pun yang menentang peraturannya.

Landreform di bawah kepemimpinannya menyebabkan kematian jutaan tuan tanah dan pada 1958 program Lompatan Jauh ke Depan—kampanye memperkenalkan komunisme yang lebih China—menyebabkan bencana kelaparan yang paling mematikan dalam sejarah, yang menewaskan sekitar 45 juta orang.

Dalam upaya untuk menguatkan wewenangnya, Mao meluncurkan program Revolusi Kebudayaan pada 1966, yang bertujuan membersihkan negara dari anasir “tidak murni” dan menghidupkan kembali semangat revolusioner.

Siapa pun yang dianggap intelektual dibunuh—dan menyebabkan kematian satu setengah juta orang.

Dan ironisnya, sebagian besar warisan budaya negara itu hancur.

(Baca juga: Peringatan 40 Tahun Meninggalnya Mao Zedong dan 'Galau'-nya Perasaan Rakyat China)

Tahun-tahun terakhirnya ditandai dengan eksekusi-eksekusi sewenang-wenang, kerja paksa, dan pembersihan. Ia juga bertanggung jawab atas kematian sebanyak 75 juta orang.

Mao meninggal pada September 1976.

Pol Pot

Sebagai pemimpin Khmer Merah di Kamboja, rezim Pol Pot bertanggung jawab atas genosida empat tahun yang menewaskan sekitar 2,5 juta orang—menghapus 25 persen populasi nengara tersebut.

Pol Pot berusaha membasmi siapa pun yang dianggap intelektual, memaksa orang-orang yang tinggal di kota untuk bekerja di lahan pertanian yang kemudian dikenal luas sebagai ladang pembunuhan.

Uang, harta pribadi, dan agama dihapuskan.

Ribuan orang dieksekusi di pusat penahanan khsus dan ribuan lainnya meninggal karena kelaparan dan terlalu banyak pekerjaan.

Siapa pun yang mengeluh akan disiksa lalu dibunuh, dan masa pemerintahannya ditandai dengan eksekusi, kerja paksa, dan kekurangan gizi. Vietnam menyerang Kamboja dan pada 1979 menggulingkan rezim Khmer Merah.

(Baca juga: Selama 30 Tahun Alami Pembesaran Gusi, Pria Asal Kamboja Ini Akhirnya Sembuh Juga)

Pol Pot lalu melarikan diri ke wilayah perbatasan dengan Thailand namun pada 1997, setelah terjadi perebutan kekuasan di Khmer Merah, ia ditangkap oleh mantan rekan kerjanya. Ia lalu dijatuhi penjara seumur hidup.

Pol Pot meninggal pada 19 April 1998.

Saddam Hussein

Diktator Timur Tengah tersebut menjadi dikenal secara global selama Perang Irak sebelum ia digantung pada 2006 lalu.

Beberapa media menyebut bahwa Saddam adalah tiran paling brutal dalam sejarah kontemporer.

Pemerintahannya ditandai dengan pemerkosaan, polisi rahasia, pelanggaran hak asasi manusia, deportasi, pembunuhan, perang kimia, dan penghilangan paksa.

Dalam salah satu aksinya yang paling brutal, Saddam menyemprotkan gas beracun di desa Halbija, Kurdi utara pada 1988, dan menewaskan 5.000 orang yang dicurigai tidak loyal. Aksi itu juga melukai 10 ribu orang lainnya.

Di zamannya, tidak ada kebebasan berekspresi—bahkan surat kabar asing pun dilarang—dan bepergian.

Kim Il-sung

Pemimpin revolusioner Korea Utara Kim Il-sung memulai kelaliman keluarga Kim.

Upaya penyerbuannya ke Korea Selatan adalah katalisator untuk Perang Korea pada 1950 tak lama setelah ia mendirikan Republik Demokratik Korea—juga dikenal sebagia Korea Utara.

Perang ini juga menyeret Amerika dan sekutunya—sebagai sekutu Korea Selatan. Korban jiwa datang dari kedua belah pihak, tapi warga sipil adalah korban terbanyaknya.

Kim melanggengkan kekuasaannya dengan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia. Ia menghilangkan lawan politiknya secara paksa dan membuat gulag untuk menimbulkan rasa takut bagi mereka yang menentangnya.

Kebijakan itu lalu diteruskan oleh anak dan cucunya sehingga bertahan hingga saat ini.

“Orang itu (Kim Il-sung) sudah mati, tapi pencucian otak dan penyiksaan mengerikan terus berlanjut. Kim Jong-un mengikuti jejak kakeknya,” ujar Phil Robertson, wakil direktur Human Right Watch cabang Asia.

Kepada HRW, warga Korea Utara yang berhasil keluar dari negaranya mengatakan bahwa sekarang teman, tetangga, anggota keluarganya bisa hilang sewaktu-waktu, sementara ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.