Find Us On Social Media :

Keberhasilan Bebaskan ‘Sandera’ dari KKB di Papua Tak Lepas dari ‘Perang Mulut’ saat Latihan

By Ade Sulaeman, Sabtu, 18 November 2017 | 14:30 WIB

(Baca juga: Berkat Tank-tank Palsu, Pasukan Lapis Baja Inggris Berhasil Dihancurkan Nazi yang ‘Lebih Lemah’)

Operasi pembebasan sandera diawali dengan pergerakan cepat pasukan Tontaipur yang terbagi ke dalam dua tim secara cermat dan senyap menuju rumah ban dalam posisi senapan serbu siap tembak.

Begitu mendekati rumah ban, bahan peledak sebagai efek pengejut diledakkan, tim pertama langsung mendobrak pintu sambil melepaskan tembakan gencar sementara tim kedua melakukan perlindungan sekaligus menjadi tim sapu bersih.

Suara tembakan dari senapan serbu dan pistol terdengar begitu keras disusul kepulan asap berbau mesiu dari ruangan-ruangan rumah ban.

Para penyandera disimulasikan dalam gambar berupa orang bersenjata sedangkan korban sandera berupa gambar orang-orang ditutup mukanya.

Setelah terjadi kontak senjata sengit sekitar lima menit dalam rumah ban, para penyandera dinyatakan bisa dilumpuhkan dan korban penyanderaan bisa diselamatkan.

Itulah gambaran atau simulasi jika pasukan elit TNI melancarkan operasi pembebasan sandera yang berlangsung di dalam hutan.

Hanya saja untuk beroperasi menuju lokasi penyanderaan pasukan elit seperti Tontaipur, Penanggulan Teror (Gultor Kopassus), Datasemen Barvo (Den Bravo) TNI AU, Datasemen Jalamangkara ( Denjaka) Korps Marinir, Komando Pasukan Katak ( Kopaska) TNI AL, dan lainnya masih membutuhkan dukungan dari pasukan reguler.

Dukungan operasi tempur bagi pasukan khusus itu bisa berupa pesawat tempur, pesawat transpor, kapal perang, UAV, logistik, kehadiran personel pasukan pendukung, dan lainnya.

(Baca juga: Jauh-Jauh ke Sulawesi, Pasukan RPKAD Terpaksa Menerima Kenyataan Pahit Harus Bertempur Melawan Rekan Sendiri)

Intinya semua operasi pasukan khusus tetap membutuhkan peran pasukan reguler TNI dari berbagai satuan dan juga dukungan dari personel serta alutsista yang dimiliki oleh Polri.

Pasukan khusus TNI memang dicetak untuk mampu bertempur dalam kondisi apapun dan dimana pun.

Mereka harus mampu menghadapi semua tantangan sesuai dengan ketrampilan yang pernah dilatihkan.

Namun begitu mereka tetap membutuhkan dukungan dari pasukan reguler karena mereka sesungguhnya bukan manusia super tapi personel yang terlatih baik.

Yang jelas mereka secara diam-diam telah diturunkan di garis depan sebelum peperangan yang sesungguhnya dimulai.

Itulah kemampuan utama mereka seperti telah dibuktikan oleh pasukan khusus TNI dari Kopassus dan Tontaipur yang sukses membebaskan sandera yang ditawan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua pada Jumat (17/11/2017).