Find Us On Social Media :

Panglima Besar Jenderal Soedirman, Pahlawan Sejati yang Mendapat Pangkat Jenderal Penuh Justru Setelah Meninggal

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 18 November 2017 | 07:00 WIB

Panglima Besar Jenderal Soedirman

Intisari-Online.com - Soedirman dilahirkan pada 4 Januari 1916 di desa Bodaskarangjati, Rembang, Purbalingga, Jawa Tegah.

Ayah Soedirman, Karsid Kartawiradji dan ibunya, Siyem merupakan petani yang tak terpikir untuk menyekolahkan anaknya pada masa itu.

Beruntung, Soedirman diangkat anak oleh asisten Camat Rembang, R Tjokrosunaryo dan kemudian menyekolahkannya.

Pada usia tujuh tahun Soedirman masuk HIS (Sekolah Dasar) dan mendapat tambahan pendidikan sopan santun, hidup hemat dan belajar disiplin dari ayah dan ibu angkatnya.

Setelah lulus SD pada tahun 1932, Soedirman masuk MULO (SMP) dan setahun kemudian pindah ke Perguruan Parama Wiworo serta lulus dengan nilai yang bagus  ( 1935).

Soedirman juga aktif pada kegiatan Pandu (Pramuka) yang kemudian menjadi ajang bagi dirinya berlatih sebagai pemimpin sekaligus menunjukkan bakat militernya.

Lulus HIS Soedirman kemudian menjalani profesinya sebagai guru dan pada tahun 1936 menikah dengan Siti Alfiah serta tinggal di Cilacap, Jawa Tengah.

Ketika Jepang masuk ke Indonesia, tempat mengajar Soedirman, Sekolah Muhammadiah ditutup tapi berkat upaya gigihnya, sekolah itu dibuka lagi.

(Baca juga: HUT TNI: Berkali-kali Terhindar dari Maut, Namun oleh Kumanlah Nyawa Jenderal Soedirman Terenggut)

(Baca juga: Pertempuran Amerika-Vietnam di La Drang Membuktikan, Taktik Gerilya ala Jenderal Soedirman yang Diterapkan Keduanya Sangat Ampuh)

Ketika Jepang mengumumkan pembentukan Tentara Pembela Tanah Air (PETA), Soedirman yang saat itu sudah menjadi tokoh masyarakat mengikuti latihan PETA, dan diangkat sebagai komandan batalion, Daidanco, yang bermarkas di daerah Kroya, Banyumas.