Find Us On Social Media :

Bencana Nuklir Jepang, Risikonya Nyaris Tak Terbayang dan Biaya Pemulihannya Besar Bukan Kepalang

By Ade Sulaeman, Sabtu, 4 November 2017 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com - Jepang dikenal sebagai negara yang rawan gempa dan tsunami serta termasuk salah satu negara yang siap menghadapi bencana alam.

Tapi ketika pada bulan Maret 2011 gempa dalam skala 9.0 skala richter mengguncang Jepang dan disusul tsunami yang menghantam wilayah pantai Tohoku, Jepang pun kelabakan.

Lebih dari 15.000 ribu orang tewas atau hilang dan ratusan ribu bangunan serta infrastruktur hancur.

Jepang pun akhirnya meminta bantuan internasional untuk mengatasi bencana alam yang menyebabkan kerusakan hebat itu.

(Baca juga: Mengenang Chernobyl: Sempat Dianggap Bencana Nuklir Biasa, Ternyata Tewaskan Ribuan Nyawa)

Jepang bahkan menggambarkan bencana alam tahun 2011 merupakan bencana alam yang paling sulit ditangani seperti ketika Jepang pernah mengalami kesulitan karena menjadi pihak yang kalah dalam PD II.

Apalagi gelombang tsunami yang terjadi setelah gempa merupakan penyebab banyaknya korban karena datang menyerang secara bergelombang hingga tiga tingkat.

Banyak penduduk yang sudah berusaha menyelamatkan diri menuju daerah ketinggian tetap terhantam tsunami dan sebagian di antaranya terjebak oleh genangan air.

Gelombang tsunami yang datang berupa tembok air yang tinggi hingga puluhan meter juga menghantam bangunan-bangunan yang sudah ambruk terkena gempa sehingga kondisinya lebih parah dan banyak korban tertimbun di bawahnya.

Tsunami yang menghantam hunian pinggiran pantai selanjutnya menimbulkan banjir dan merusakkan kawasan vital seperti runway di Bandara Sendai.

Lumpuhnya Bandara Sendai jelas akan berpengaruh terhadap mobilitas bantuan internasional untuk menuju lokasi bencana.

Tidak hanya itu, kawasan pelabuhan Kuji dan Ofunoto, serta Rikuzentakata juga hancur total setelah dihantam tsunami tiga tingkat sehingga tidak bisa didatangi kapal.