Find Us On Social Media :

Menggali Tenggelamnya Benua Atlantis, Fakta atau Mitos?

By Moh Habib Asyhad, Senin, 30 Oktober 2017 | 16:30 WIB

Solon (meninggal pada 558 SM) konon memperoleh dokumen dan informasi lengkap tentang Atlantis dari seorang agamawan Mesir. Solon berkawan dekat dengan kakek Critias.

Mendiang kakek Critias atas keterangan Solon selanjutnya bercerita, pada 9.000 tahun SM terjadi perang hebat antara orang-orang yang bermukim di suatu tempat bernama Pilar Heracles (kini Selat Gibraltar) dan orang-orang di luar Pilar Heracles.

"Perang yang saya gambarkan paling dahsyat yang pernah terjadi antara bangsa Athena dan bangsa Atlantis," kata Critias menirukan ucapan kakeknya.

Pulau atau benua Atlantis digambarkan lebih besar daripada Asia dan Libia. Bangsa Atlantis konon mengancam pula bangsa-bangsa yang mendiami Benua Asia dan Eropa!

Atas ucapan Critias itu Plato mencatat, "Karena sifat barbar dan naluri menyerangnya yang merusak martabat manusia, maka dewa menghukum Atlantis beserta isinya dengan cara menenggelamkannya ke dasar lautan."

Critias menggambarkan, selama peperangan itu gempa dahsyat disertai banjir sehari semalam mengguncang Atlantis dan tenggelam akibat gelombang pasang, lalu lenyap tanpa bekas.

Surga yang hilang

Atlantis digambarkan sebagai pulau yang subur, cantik, produktif, memiliki dataran rendah yang luas, gunung yang tidak terlalu tinggi dengan hutan-hutan lebat.

Secara politis Atlantis berbentuk federasi yang terdiri atas 10 negara bagian. Masing-masing diperintah oleh seorang raja, semuanya anak hasil perkawinan Poseidon dengan Cleito.

Siapakah pasutri yang berputra sepuluh dan semuanya kembar ini?

Poseidon adalah dewa laut paling berkuasa di seantero lautan, atau dikenal sebagai Dewa Neptunus.