Penulis
Intisari-Online.com – Satu lagi kabar baik untuk kaum wanita Arab Saudi.
Dalam waktu dekat, mereka bisa menonton jalannya pertandingan olahraga di 3 stadion di Riyadh, Jeddah, dan Damman.
Hal ini karena pemerintah Arab Saudi melonggarkan aturan bagi wanita untuk menonton pertandingan di stadion.
Tiga stadion di negara itu akan memberikan tempat khusus bagi mereka.
(Baca juga:Robot Sophia Akhirnya Dapat Kewarganegaraaan dari … Arab Saudi)
(Baca juga:Wow! China akan 'Paksa' Arab Saudi untuk Menjual Minyak dalam Yuan, Bukan Lagi Dolar AS)
Aturan baru yang diumumkan pada Minggu (29/10) ini mulai berlaku pada Juni 2018 mendatang.
Stadion yang sebelumnya hanya untuk kaum pria, kini bisa untuk keluarga, termasuk kaum wanita.
Seperti diketahui, Arab Saudi adalah negara yang menerapkan peraturan pada wanita yang terketat di dunia. Sejak lama kaum wanita terhalang dari arena olahraga oleh aturan ketat akan pemisahan jenis kelamin di ruang publik.
Kini, peraturan itu diperlonggar berdasarkan kekuasaan Pangeran Mahkota Mohammad Bin Salman. Ambisi pangeran untuk gerakan pembaruan mengguncang kerajaan ultra-konservatif itu, termasuk mengizinkan kaum wanitanya mengemudi pada Juni mendatang.
“Mulai mempersiapkan tiga stadion di Riyadh, Jeddah, dan Damman agar siap untuk mengakomodasi keluarga di awal 2018,” cuit General Sports Authority di Twitter.
Dilansir dari AFP, pada September lalu pemerintah mengizinkan ratusan wanita berada di sebuah stadion olahraga di Riyadh untuk kali pertama. Hal itu untuk menandai hari libur nasional Arab Saudi.
Dibawah sistem perwalian yang berlaku di negara itu, seorang pria anggota keluarga yang dapat memberi izin kaum wanita untuk bersekolah, bepergian, dan aktifitas lainnya. Pria itu biasanya ayah, suami, dan kakak/adiknya.
Namun, sepertinya pihak kerajaan mulai melonggarkan beberapa aturan sebagai bagian dari rencana “Vision 2030”. Rencana itu termasuk gerakan pembaruan dalam bidang ekonomi dan sosial, yang bertujuan untuk memperbanyak pekerja wanita.
Pada Juli lalu, para kampanye hak azazi menyambut sebuah ‘keterlambatan’ gerakan pembaruan oleh Menteri Pendidikan. Bentuknya adalah anak perempuan diizinkan mengambil bagian dalam olahraga di sekolah.