Find Us On Social Media :

Arca Ganesha Penunggu Pulau Panaitan

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 22 Oktober 2017 | 08:00 WIB

Foto "arca Syiwa" menggambarkan manusia menunggang sapi, suatu seni arca agak lain dibandingkan seni arca Syiwa dari Jawa Tengah atau Jawa Timur. Begitupun rupa Ganesha Panaitan, malah hiasan tubuhnya sangat berbeda.

Peninggalan benda-benda demikian di kawasan Jawa Barat lumayan banyaknya, persebaran dan keletakannya di atas puncak-puncak dataran tinggi, cukup.... menuntut rasa ingin tahu.

Tulisan dan laporan ahli-ahli Belanda tentang arca Jawa Barat, lebih banyak memberi predikat "tipe arca Pajajaran atau tipe arca Polinesia".

Mungkin ditinjau dari segi ketidaksempurnaan dan kesederhanaan dari penatahan wujud tubuh, rupa dan hiasan serta beberapa atribut lainnya.

Tipe yang demikian ini mendominan di sekeliling Jawa Barat dan ada kemiripan dengan ciri-ciri arca batu yang berserakan di kepulauan Polinesia.

Kesederhanaan wujud dan distribusi yang terbatas, ditambah lagi tidak terlalu banyak ditopang benda-benda bukti temuan lainnya, akhirnya menyulitkan analisa ciri seni dan tipologi dalam menelusuri kronologi benda bersangkutan, malah akhirnya ahli-ahli kita ikut-ikutan menyimpulkan identik dengan kedua tipe tersebut di atas.

"Beberapa ahli seni arca kolega saya, bingung menaksir arca Syiwa Panaitan. Benar-benar berlainan dengan Ikonografi (= ilmu arca) Hindu", demikian kata Edhie Wurjantoro SS — ahli sejarah kuno UI yang ikut ke sana juga.

Ganesha Panaitan

Bantuan andesit dibentuk rupa Ganesha, tinggi 89,5 cm dan lebar badan 69 cm, duduk di atas singgasana teratai (padmasana) seluas 54 cm.

Ganesha ini tidak mengenakan mahkota, hanya ada goresan 20 garis seakan-akan penggambaran rambut gondrong tersisir.

Tubuh gendutnya berhiaskan selendang dan bukan lilitan ular yang memilin tubuh dari bahu kiri. Keempat tangannya seperti posisi biasa, hanya tangan kiri depan tidak menggenggam kapak.

Mitologi Hindu mendongengkan putra sulung Syiwa dan Parwati sebagai lelaki tambun buncit dan berkepala gajah, katanya akibat ketulah lantaran Parwati waktu hamil kaget melihat kendaraan dewa Indra — yaitu seekor gajah!