Find Us On Social Media :

Sangar, Kakek Tukang Becak 82 Tahun Ini Ternyata Kerap Menyabet Juara Ajang Lari Internasional

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 15 Oktober 2017 | 18:15 WIB

Intisari-Online.com - Darmiyanto berbeda dengan tukang becak yang lain. Laki-laki 82 tahun yang biasa mangkal di Jalan Pemotongan dan Jalan Jenderal Sudirman, Salatiga, itu kerap tampil nyentrik.

Sehari-hari, ia gemar mengenakan kaos, celana pendek, kaos kaki selutut dan sepatu berwarna ngejreng. Tak lupa, kacamatanya juga “muda” banget.

Yang juga unik, setiap hari kakek 10 cucu ini berlari dari rumahnya di Dusun Ngemplak Tugel, Desa Krandon Lor, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, menuju tempat mangkal becaknya di Kota Salatiga.

Jarak yang ia tempuh kira-kira 11 km.

(Baca juga: Kisah para Veteran di HUT TNI: Dulu Berperang Demi Kemerdekaan, Kini Berjuang Demi Kesejahteraan)

Tak hanya ketika berangkat, cara serupa juga ia lakukan saat kembali dari bekerja.

“Saya lari pulang pergi dari Suruh ke Salatiga, rutenya tiap hari berubah agar tidak bosan. Dengan berlari setiap hari badan saya tetap sehat,” kata Pak Dar, Sabtu (14/10) pagi, dilansir dari Kompas.com.

Setelah ditelusuri lebih jauh, siapa sangka, laki-laki 5 putra ini ternyata atlet dengan segudang prestasi. Berbagai ajang lomba lari mulai nomor lari jarak pendek, menengah 5.000 meter hingga 10.000 meter dan lari marathon telah diikutinya.

Bahkan sejumlah negara pernah didatanginya untuk mengikuti ajang lomba atletik, baik saat masih muda atau setelah memasuki kelas pelari veteran.

Negara yang pernah didatanginya adalah Malaysia, Singapura, dan terakhir pada 25 oktober hingga 6 november 2016 di Australia. Saat itu, ia turun di jarak 200 meter, 400 meter dan 800 meter.

“Lumayan bisa meraih juara dan mendapatkan bonus. Di jarak 400 meter dapat juara 3, sedangkan jarak 200 dan 800 meter juara 6,” ujarnya.

Total hingga saat ini, Pak Dar telah mengantongi 9 piala dan 171 medali dari berbagai lomba lari yang ia ikuti.

Menurut rencana pada pertengahan November 2017, Pak Dar akan mengikuti kejuaraan lari bertitel South American Masters Athletics Championships di Santiago, Chile. Rencananya, ia akan turun mulau dari nomor jarak pendek, menengah dan jarak jauh.

(Baca juga: Mantan Atlet, Suka Naik Angkot, dan Pernah Beri Vonis Seumur Hidup Koruptor BLBI: Inilah Sosok Hakim Pemvonis Ahok 2 Tahun Penjara)

"Saya sudah dipanggil ke kantor KONI Salatiga untuk mempersiapkan lomba atletik veteran di Amerika Serikat (Selatan, red)," ujarnya.

Suami dari Pujiati ini berkisah, pertama kali menginjakkan kaki di Kota Salatiga sekiktar tahun 1960. Pria asal Boyolali ini bekerja sebagai buruh serabutan.

Tak dapat pekerjaan layak

Kota Salatiga yang berhawa sejuk membuatnya nyaman untuk menyalurkan hobinya berlari. Maka, sejak saat itu berlari adalah aktivitas sehari-hari di sela pekerjaannya sebagai buruh serabutan.

Pada 1968, Darmiyanto muda mulai menjajal kemampuan berlarinya dengan mengikuti berbagai lomba lari di pulau Jawa.

Kelas yang biasa diikuti Darmiyanto adalah jarak menengah dan maraton. Dalam setiap lomba yang diikutinya, Darmiyanto selalu masuk ke jajaran pelari yang meraih juara.

"Sering dapat juara 1 atau juara 2," jelasnya.

Berkat prestasinya itu, Pak Dar pernah dikirim ke Malaysia dan Singapura untuk mengikuti lomba lari.

Di Singapura dia meraih juara 1 untuk jarak menengah, sedangkan di Malaysia ia menempati posisi kedua dalam lomba lari maraton.

"Seharusnya saya juara satu, tapi saya tersesat bingung, tidak ada yang menunjukkan jalan sehingga kesasar dan berbalik arah lagi. Tapi bersyukur bisa meraih juara dua," kisahnya.

Namun disayangkan, kendati berbagai prestasi dibidang olahraga atletik yang ia raih pernah mengharumkan nama Indonesia di luar negeri, namun nasib Darminto tidak berubah.

Ia tidak mendapatkan perhatian pemerintah.

(Baca juga: Malang Benar Nasibnya, Laki-laki Jepang Ini Tewas Tertimbun 6 Ton Majalah Porno Koleksinya)

Dia tidak bisa mendapat pekerjaan yang layak, sehingga pada tahun 1970 Darmiyanto akhirnya memilih sebagai tukang becak. Hingga usia senjanya, Pak Dar tetap mengayuh becak untuk menafkahi keluarganya.

Tempat mangkalnya berada di jalan Pemotongan dan terkadang di Jalan Jenderal Sudirman.

"Pak Dar di sini tukang becak yang paling tua. Setiap hari dari rumahnya hinga sini lari, kalau Jumat libur," kata Siswanto (51), rekan Pak Dar yang mangkal di Jalan Pemotongan.

Meski nasibnya kurang beruntung, dia tetap bersyukur. Ia merasa berkecukupan dengan hasil dari menarik becaknya. Ia hanya berdoa semoga tetap diberikan kesehatan dan kebugaran di usianya yang tak lagi muda ini.

Ia mengaku akan tetap berolahraga lari hingga akhir hayatnya. Sebab, menurutnya, dari aktivitas berlari inilah yang membuat badannya tetap sehat.

"Kalau bisa meraih juara lomba lari, bonusnya lumayan," pungkasnya.

(Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul "Pak Dar, Kakek Tukang Becak yang Kerap Sabet Juara Lari di Ajang Internasional")