Kim Jong-Un dan Joseph Stalin, Dua Diktator yang Sama-sama Tak Ragu Bantai Keluarganya Sendiri

Ade Sulaeman

Penulis

Kim Jong Un dan Stalin juga sama-sama mengandalkan senjata nuklir untuk menggertak lawan-lawannya, khususnya AS dan para negara sekutunya.

Intisari-Online.com - Korut merupakan negara satu-satunya di dunia yang termasuk langka karena masih mempertahankan sistem komunis ala Perang Dingin.

Salah satu cirinya adalah menjadi negara yang sangat tertutup, pemerintahan yang bersifat ditaktor, hanya memiliki satu partai, mengagungkan diri sebagai negara paling kuat, dan selalu mengobarkan semangat kebencian terhadap negara lain yang merupakan musuh bebuyutan, yakni AS.

Dari sisi pemerintahan yang bersifat ditaktor maka gaya kepemimpinan pemimpin tertiggi Korut, Kim Jong Un, memang sangat mirip dengan mantan pemimpin komuis Uni Soviet, Joseph Stalin.

Baik Stalin maupun Kim Jong Un sama-sama memiliki prinsip membunuh siapa saja yang tidak menyukai dirinya, meskipun yang harus dibunuh adalah anggota keluarga atau rakyat sendiri.

Kim Jong Un dan Stalin juga sama-sama mengandalkan senjata nuklir untuk menggertak lawan-lawannya, khususnya AS dan para negara sekutunya.

(Baca juga: Inilah 5 Diktator Paling Kejam di Dunia Selain Mao, Hitler dan Stalin)

(Baca juga: Meski Mengaku Penggemar Berat, Joseph Stalin Sangat Ingin Membunuh Bintang Film Legendaris AS Ini)

Meskipun ancaman itu tak pernah terbukti karena kenyataanya senjata nuklir tak pernah digunakan untuk menyerang negara lain, kecuali digunakan untuk “menyerang negara sendiri” melalui uji coba peledakan bom nuklir.

Pemerintah AS sebenarnya tahu jika Kim Jong Un tidak akan pernah menggunakan rudal nuklirnya untuk menyerang AS karena jika AS sampai membalas menggunakan senjata nuklir, “Korut akan selesai dalam hitungan menit”.

Sebagai negara yang saat ini masih memiliki puluhan ribu senjata nuklir dalam berbagai jenis, AS adalah satu-satunya negara di dunia yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam perang.

Yakni, ketika AS mengebom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada bulan Agustus tahun 1945.

AS memiliki ciri khas, ia akan melakukan balas dendam yang luar biasa terhadap negara manapun yang berani menyerang wilayah AS seperti yang dilalukan Jepang terhadap Pearl Harbour (1942) dan serangan kelompok teroris pimpinan Osama Bin Laden di New York (2001).

Dua penyerang AS itu akhirnya memang ‘’dihajar’’ oleh militer AS secara habis-habisan meskipun ongkos yag harus dibayar AS untuk melakukan serangan balas dendam sangat mahal.

Rupanya Kim Jong Un juga memahami "psikologi"AS yang bisa sangat murka jika diserang wilayahnya.

Maka Kim Jong Un pun pilih cari aman dengan cara melancarkan perang mulut, dan terus menerus melakukan uji coba peluncuran rudal balistik, menguji bom nuklir di wilayahnya sendiri, sembari mengacam akan merudal nuklir AS.

(Baca juga: Wow, Korut Berhasil Bobol Data Rahasia Korsel, Termasuk Strategi AS-Korsel untuk Bunuh Kim Jong Un)

(Baca juga: Benarkah Kim Jong Un Gila dan dapat Menyerang Negara Manapun dengan Rudal Nuklirnya?)

Tujuan Korut sangat cerdas. Pasalnya AS dan Korut akan melakukan perundingan damai, lalu embargo ekonomi dicabut PBB, dan Korut akhirnya mau menghentikan program nuklirnya setelah AS sanggup memberikan bantuan pangan dan uang.

Apalagi AS juga meyadari, jika sampai menyerang Korut meggunakan rudal nuklir, Korsel yang merupakan sekutu karib AS pasti juga terkena imbasnya mengingat jarak antara Korut dan Korsel hanya ‘’selemparan batu’’.

Maka yang terjadi baik Kim Jong Un maupun Donald Trump sebenarnya sedang melakukan perhitungan secara ekonomi untuk menyelesaikan konflik di Semennjung Korea dan bukan sedang melakukan perhitungan secara militer.

Maka menjadi maklum jika keduanya lebih suka memilih ‘’perang mulut’’ karena jika sampai perang beneran akibatnya akan sangat mengerikan.

Artikel Terkait