Find Us On Social Media :

Meski Hanya Pertolongan Pertama, Luka Bakar Jangan Diolesi Mentega

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 10 Oktober 2017 | 19:00 WIB

Penanggulangan luka bakar dalam memang cukup rumit, sebab setelah beberapa hari (sekitar 14 hari) luka tadi mengering, pada hari ke-14 mengelupas dan ini sangat mudah berdarah.

Luka yang mudah berdarah ini disebut jaringan granulasi. Bila lukanya luas, harus ditutup dengan kulit dari si pasien sendiri dengan jalan tandur alih kulit (skin grafting).

Jaringan parut yang terjadi akan menyebabkan timbulnya kerutan dan kekakuan. Kalau yang terkena jari-jari tangan atau kaki, jari-jari itu akan kaku, tidak dapat digerakkan.

Kalau yang terkena bagian leher, maka leher akan kaku dan tertarik ke bawah. Kelainan akibat penarikan sendi, jaringan lunak yang terus-menerus bisa mengubah bentuk tulang dan sendi.

Jaringan parut tadi juga menimbulkan keluhan gatal dan sakit yang biasanya sangat menjengkelkan pasien.

Penanggulangannya: jari-jari dan leher yang kaku tadi harus secepat mungkin dipaksa dilemaskan dengan jalan fisioterapi.

Kalau fisioterapi tidak berhasil, koreksi bedah plastik akan sangat membantu. Namun harus diingat, kemampuan bedah plastik ada batasnya.

(Baca juga: Meski Harus Meningal Dunia, Ibu Ini Lebih Memilih Melahirkan Bayinya dengan Sesar Dibanding Melalukan Kemoterapi)

Cacat yang berat tidak bisa diharapkan untuk dihilangkan sama sekdli. Cerita tentang tokoh Stephanie dalam film seri Refurn to Eden, yang konon bisa jadi lebih cantik jelita setelah wajahnya yang cedera dibedah plastik, cumalah isapan jempol belaka.

Jaringan parut yang mulai menyembuh mudah sekali lecet, karena kulit penutup sangat tipis. Ini memang lain halnya dengan luka biasa.

Sebab itu sebaiknya luka bakar dibungkus dengan kain, yang selain untuk pelindung juga untuk penekanan. Tidak heran penderita luka bakar harus dirawat sampai berbulan-bulan di rumah sakit.

Faktor yang menentukan mati-hidupnya penderita sebagian besar tergantung pada faktor luasnya luka, usia, timbulnya infeksi, keahlian medis, kebersihan rumah sakit, dan tidak kalah penting adalah gairah hidup penderita sendiri.