Penulis
Intisari-Online.com -Ada fakta terbaru tengang Stephen Paddock, pelaku utama penembakan massal di Las Vegas, Amerika Serikat, Minggu (1/10) lalu.
Dari keterangan penyidik, Paddock ternyata pernah memesan kamar yang mengarah ke acara musik lain yang dihadiri oleh dua putri Barack Obama.
Menurut penyidik, ada nama nama Stephen di Blackstone Hotel di Chicago saat berlangsungnya festival music Lollapalooza di Illonois.
(Baca juga:Stephen Paddock Benar-benar Persiapkan Serangan di Las Vegas Layaknya Seorang ‘Sniper’ Berani Mati)
Meski begitu, si pemesan itu tidak jadi check-in. Seorang juru bicara hotel mengatakan mereka tak bisa mengukuhkan apakah pemesan itu benar-benar Paddock yang telah membunuh 59 orang itu.
Yang jelas, di tengah keriaan yang digelar pada Agustus lalu ada dua putri mantar Presiden Amerika Serikat, Milia dan Sasha.
Tak hanya itu, masih menurut penyidik, Paddock juga sempat memesan kamar saat festival “Life is Beatiful” di Las Vegas sepekan sebelum kejadian mematikan itu. Laki-laki paruh baya itu juga mengincar sebuah acara di Boston.
Hasil investigasi ini terungkap setelah Sheriff Clark County, Lombardo, mencatat Paddock juga memesan sebuah apartemen di Las Vegas sepekan sebelum terror itu terjadi.
Apartemen itu berlokasi di Ogden, sebuah gedung menara yang di bawahnya berlangsung konser terbuka “Life is Beautiful” saat itu, yang menampilkan sejumlah musikus terkemuka seperti Muse, Lorde dan Chance the Rapper.
Sementara The Boston Globe, dengan mengutip pejabat yang tak disebutkan namanya, melaporkan bahwa Paddock juga diketahui menjelajahi intrnet untuk melihat detil Fenway Park dan Boston Center for the Arts.
Kedua lokasi itu beberapa waktu terakhir menampilkan konser di udara terbuka.
(Baca juga:Seram dan Mencekam, Beginilah Situasi Penembakan Massal di Las Vegas di Mata Orang Indonesia)
Belum jelas apa motivasi serangan dan lebih dari 100 penyidik bekerja untuk mengungkap bagaimana kehidupan Paddock, yang disebut-sebut sebagai manusia "yang mengalami gangguan, dan berbahaya."
Stephen Paddock memiliki “kehidupan rahasia yang sebagian besar mungkin tidak bisa dipahami sepenuhnya”, jelas Sherif Joe Lombardo kepada para wartawan.
Pacarnya, Marilou Danley – yang berada di luar AS saat insiden itu – mengatakan tidak tahu apa yang direncanakan Paddock.
Motif pria berusia 64 tahun itu melepas tembakan bertubi-tubi hingga menewaskan 59 orang dan melukai 500 lebih lainnya - yang merupakan korban terbesar dalam insiden penembakan sepanjang sejarah AS – masih tetap merupakan misteri.
Polisi menemukan pensiunan akuntan tersebut di dalam sebuah kamar hotel di lantai 32 setelah melepas tembakan ke arah para penonton konser musik di lapangan seberang hotel.
Dia tampaknya bunuh diri dengan menggunakan salah satu dari sekian banyak senjata yang ditemukan di kamar tersebut.
Dalam konferensi pers, Sheriff Lombardo ditanya para wartawan apakah Paddock sudah merencanakan pelarian setelah serangan dan dia menjawab, "Ya."
Ketika ditanyakan lebih lanjut tentang rencana pelarian itu, Sheriff Lombardo mengatakan tidak bisa menjelaskannya.
Jumlah korban serangan Paddock merupakan yang terburuk sepanjang sejarah modern AS.
(Baca juga:Pelaku Pembunuhan Massal Andres Breivik Diterima untuk Belajar Ilmu Politik di Universitas Oslo)
Para wartawan juga menanyakan apakah Paddock mendapat bantuan dalam merencanakan atau melakukan serangan.
"Dia mungkin manusia super, mungkin dia bekerja sendirian untuk semua ini, namun akan sulit bagi saya meyakini hal tersebut," jawab Sherif Lombardo.
Kemungkinan bahwa Paddock mendapat bantuan merupakan pergeseran dalam arah penyelidikan karena tak lama setelah serangan, para pejabat mengatakan dia “main tunggal” dan “sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakannya yang mengerikan”.
(Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judu; "Paddock Sempat Incar Konser yang Dihadiri Dua Puteri Obama")